Virgo, Oh Virgo

atas permintaan seorang teman, pura-puranya ini Virgo =D

               Aku membuka situs facebook. Kegiatan rutin yang kulakukan sejak dua tahun yang lalu, sejak aku punya akun di jejaring sosial ini. Pertama kali yang aku lakukan setelah memasukkan email dan password di tempat yang disedikan adalah membaca-baca beberapa updates dari teman facebook-ku. Aku melirik kolom kecil di sudut bawah sebelah kanan leptopku. Iseng, aku meng-klik kolom  yang diberi nama chat itu. Mataku tertuju pada satu nama, Virgo Dewantara. Mendadak jantungku berdegup kencang. Banyak kata dan pertanyaan yang menyergap pikiranku saat melihat nama itu. Setelah beradu dengan keinginanku yang berlawanan dengan pikiranki, aku pun meng-klik nama tadi. Muncul pop up mini yang hanya tertera namanya dan halaman kosong tempatku menulis. Tanpa ragu, aku pun mengisi halaman kosong tersebut.

Hai Virgooo J Apa kabar?
Beberapa menit aku membiarkan mataku menatap layar laptop tanpa berkedip, menunggu balasan chat darinya.
                Namun sepuluh menit aku menunggu, Virgo tak kunjung membalas. Mana mungkin dia inget sama temen SD-nya, pikirku. Akhirnya aku memutuskan untuk membuka tab baru dan menuliskan situs selain facebook.
                Aku kembali membuka situs facebook-ku. Dan rasanya jantungku ingin meloncat keluar saat melihat Virgo sudah membalas chat-ku tadi.
Hai Mallaaa :D Kabar baik.. Kamu gimana?
Aku juga baik, hehehe. Kirain kamu udah lupa sama aku
Haha enggak lah La. Walaupun kamu di kelas selalu diem, tapi aku masih inget sama kamu kok J
Sekujur tubuhku menghangat, bahagia karena Virgo masih mengingatku. Dia satu-satunya teman laki-laki SD-ku yang masih mengingatku.
                Aku masih terpaku dan menikmati perasaanku, sampai Virgo mengirimkan pesan lain kepadaku.
Hei.. aku udahan ya. Udah malem hehehe. Daa Malla J
Daa J
                Aku melirik jam yang ada di laptopku. Virgo benar, ini sudah jam setengah dua belas malam. Aku pun mematikan laptopku, dan pergi tidur. Sebelum tidur aku berdoa, semoga yang tadi itu bukan obrolan terakhirku bersama Virgo. Semoga masih ada malam-malam berikutnya untuk mengobrol dengannya. Aku merindukannya. Sangat merindukannya. Virgo, pangeran masa kecilku dan sekarang sudah menjadi raja di masa remajaku.
*
                Tanganku bergetar. Jantungku berdetak dua kali lebih cepat. Senyuman menghiasi wajahku. Namanya muncul lagi di chat facebook setelah berhari-hari menghilang. Aku pun memutuskan menyapanya lebih dulu.
J Halo Virgo
Hai. Aku lagi nggak bersemangat nih..
Ha? Emang kenapa, Go?
Kamu tau Avenged Sevenhold, kan?
Tau, kenapa sama mereka?
Hmm.. Rencananya tiga hari berturut-turut mereka akan konser di Bandung. Aku salah satu fans fanatik mereka, dan pengen banget nonton konser mereka. Aku udah ngumpulin uang berbulan-bulan. Ternyata konsernya batal L
                Aku mengernyitkan kening. Jadi ini sebabnya ia tidak online beberapa hari ini.
Waduuh.. Sabar ya Go ya J Semangat! Semangat! Semoga kalo besok Avenged manggung di Indonesia, milih tempatnya di Jogja deh hehehe :D
Hahaha amiiin :) Makasih ya Malla buat semangatnya hehe. Eh, kamu kenapa belum tidur? Besok sekolah, kan?
Hehe iya besok aku sekolah
Udah tidur sana.. Ntar bangunnya kesiangan lho
Lha kamu? Bukannya besok juga sekolah -_-
Ooo nggak dooong. Besok aku libur kok :p
Libur apa? :O
Meliburkan diri doong hihihihi :D
                Aku tertawa pelan, Virgo tetaplah Virgo. Tidak perduli SD atau SMA, dia tetap saja suka membolos.
Hei, jangan berpikir jaman SMA-ku sama kayak jaman SD-ku dulu yaaa. Selama SMA aku udah jarang bolos kok :)
                Mulutku menganga tak percaya, apa dia tadi membaca pikiranku?
Baiklah. Aku percaya. Ehm.. Go, aku off ya. Daa Virgo :D
                Sejujurnya aku sangat tidak ingin mengakhiri pembicaraanu dengan Virgo. Tapi ini sudah terlalu malam. Lagipula, besok aku ada jadwal pendalaman materi dan masuk sekolah setengah jam lebih awal dari biasanya.
Daa Malla :) Selamat malam. Mimpi indah ya :)
      Aku mendekap dadaku erat-erat. Mencegah agar jantungku tidak meloncat dari tubuhku, karena tulisan dari Virgo yang disampaikannya untukku. Sepertinya malam ini aku akan mimpi indah, seperti yang ditulisnya untukku.

*
                Mataku tak lepas dari novel-novel yang masih berplastik yang tersusun di rak. Tanganku memilah-milah novel yang cover-nya menarik sehingga menambah minatku untuk membaca. Setelah mendapat cover yang bagus, aku melihat harga yang tertera buku tersebut. Jika harganya pas untuk pelajar SMA sepertiku maka aku masih harus melihat sinopsis cerita yang ada di belakang novel. Seperti itulah kegiatanku setiap aku pergi ke Gramedia tiap bulannya. Sampai saat ini aku tidak pernah menyesal saat membeli suatu buku, dan aku yakin karena cara itulah aku tidak pernah menyesal.
                Aku masih asyik membaca-baca sinposis yang ada di belakang novel yang kupilih. Namun tiba-tiba seseorang menepuk pundakku.
“Permisi, Malla bukan, ya?”
Aku membalikkan punggungku. Mataku membelalak dan novel yang kupegang hampir saja terjatuh kalau orang yang tadi menepuk punggungku tidak melanjutkan kata-katanya.
“Wah, ternyata bener kamu!” katanya girang.
Aku masih tak sanggup berkata-kata. Virgo, dia ada di depanku! Dan dia tampan sekali, lebih tampan dari foto-fotonya yang kulihat di facebook.
“Virgo?” tanyaku tak percaya.
“Hahah ngeliatnya santai aja, Mall. Iya ini Virgo temen SD kamu yang cakepnya nggak ketulungan itu hehe,” gurau Virgo.
“Ya, cakep dan nakal!” sahutku.
Virgo tertawa. Dan aku, juga ikut tertawa sambil melihat pemandagan indah yang ada di hadapanku.
“Yang penting, kan kamu udah ngaku kalo aku cakep,” Virgo mengerlingkan mata sebelah kirinya.
Aku hanya menanggapi Virgo dengan menepuk dahiku pelan, seakan-akan aku menyesal telah mengatakan kalau dia ‘cakep’.
                “Dari sini kamu mau kemana lagi, Mall?” tanya Virgo sesaat setelah aku dan dia membayar buku yang kami beli.
“Pulang,” jawabku singkat. Bukan karena malas, tapi karena aku mendadak spechless ada di dekatnya.
“Eum.. Barengan, yuk?” ajaknya.
“A..”
“Oke.” Tanpa menunggu jawabanku, Virgo langsung menarik tanganku ke tempat parkir motor yang ada di besement.
“Untungnya aku selalu bawa helm dua. Nih!”
Aku menerima helm yang disodorkan Virgo kepadaku. Tanganku gemetaran, dan sepertinya Virgo menyadari itu.
“Kamu kenapa, Mall?”
Aku menggeleng cepat. “Eng.. enggak, Go. Kayaknya aku kelaperan, makannya tanganku jadi gemeteran gini,”
Virgo mengernyitkan keningnya, lalu tersenyum. “Yaudah, kita makan dulu, ya. Kebetulan aku juga laper, hehe,”
Aku memukuli kepalaku pelan, mengutuki kebodohanku. “Ma.. Maksudku bukan—“
“Yuk naik.” Virgo sudah menyalakan motor dan siap melajukan motornya. Aku mengangguk lesu dan duduk di belakangya. Pasti Virgo berpikir kalau tadi aku sengaja, agar dia mengajakku makan, padahal ini semua karena aku salah tingkah.
*
                Virgo berhenti tepat di depan gerbang rumahku.
“Maksih ya, Go.” Aku memamerkan senyum termanisku  kepadanya.
“Iya sama-sama. Seneng benget bisa ketemu kamu lagi, dan ternyata kamu nggak bener-bener pendiem, ya? Asik deh ngobrol sama kamu yang nggak pendiem,”
Pipiku merona mendengar ucapan Virgo. Sebelum aku salah tingkah dan mempermalukan diri lagi sebaiknya aku harus masuk ke dalam rumah.
“Ehm Go, aku masuk, ya. Sekali lagi makasih lhoo.”
“Malla..”
Aku baru saja ingin membalikkan badan, tapi Virgo memanggilku.
“Ya?”
“Tu, tunggu.” Virgo merogoh kantongnya, lalu mengeluarkan dompetnya dan mengaduk-aduk isi dompetnya. Beberapa menit kemudian, aku melihat sesuatu yang dikeluarkan Virgo dari dompetnya.
“I.. itu..”
“Punyamu, kan?” Virgo memberikan sebuah pita berwarna putih kusam kepadaku.
Napasku tercekat, itu pitaku. Aku menerimanya dengan seribu pertanyaan yang bersarang di kepalaku.
“Malla, aku—“ Virgo menarik napas. “Aku tau ini kayaknya terlalu cepat, tapi.. Malla, aku suka sama kamu. Aku suka sama kamu sejak SD dan anehnya sampek sekarang,”
Aku mengerjap beberapa kali. Virgo.. Virgo bilang apa tadi? Dia suka padaku?
"Malla.. Gini deh, kasih aku kesempatan buat bukitiin kalo aku emang bener-bener suka sama kamu. Kalo kamu nggak suka sama aku, kamu boleh nyimpen pita kamu itu. Tapi, kalo kamu mau nerima aku—“ Virgo tersenyum teduh. “biar aku yang nyimpen itu, sebagai tanda.”
Aku menelan ludah.
“Yaudah, kamu masuk sana.” ujarnya lembut.
Aku mengangguk patuh dan membalikkan badanku.
                Di tengah jalan menujuh rumahku, aku menyadari sesuatu. Aku tersenyum tipis dan berbalik ke arah luar. Ternyata Virgo masih di sana.
“Kenapa?” tanyanya.
Aku mengangkat sudut bibirku lebih tinggi. “Tangkap!”
Dengan gesit Virgo menangkap, lalu aku melihat ekspresi terkejut dari wajahnya.
“Simpen yang lama, ya!”
Virgo tersenyum lebar. “Pasti!”
Dan aku yakin Virgo menyimpannya lebih lama lagi.

Comments

  1. pentengin blogku ya-__- tar malem tak post._. namanya masih yang dulu loh :o safira dan .....

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SAYA DEAL DONE!

[CERPEN] Bagimu, Kita Hanyalah Dua Orang Asing

Sifat Penting yang Harus Dimiliki Pekerja: Gelas Kosong & Baby Eyes