Posts

Showing posts from May, 2018

bersyukur.

Image
Ramadan nggak Ramadan, yang selalu aku syukuri adalah; aku sangat-sangat-sangat bersyukur dikaruniai teman-teman yang berhati emas.  Jadi ceritanya aku punya tugas yang harus dikumpulkan hari Selasa besok, tugasnya disuruh menganalisis satu halaman koran selama satu minggu berturut-turut, yang mana tugas kayak gitu berarti harus ngumpulin koran yang sama dengan halaman yang sama. Dan hal kayak gitu sulit kulakukan untuk aku yang hidupnya nomaden ini.  Untungnya, aku punya teman. 4 orang teman yang sangat paham kalau manajemenku terhadap waktu antar kuliah dan pekerjaan itu sangat buruk.  Kemudian mereka berinisiatif untuk memberikanku satu space halaman Koran buat aku doang, padahal mereka bisa aja nggak peduli. Bisa aja mereka nge-keep punya sendiri dan halaman lainnya di keep orang lain.  Belum lagi, tiap ada tugas atau ada ujian mereka nggak keberatan buat mengirimkan hasil tugas atau memfoto catatan mereka biar bisa kucontek. Belum lagi, mereka mau aja tuh antar-je

SAYA DEAL DONE!

Image
Tiap perusahaan itu ada namanya corporate culture, kalo di Indonesia kan artinya: Budaya Perusahaan. Kemaren kuliah kebetulan dapet materi tugas ini juga, jadi ya sedikit paham lah. Ya, walaupun aku mengerjakan bagian kesimpulan doang.  Idealnya, setiap perusahaan itu punya budaya masing-masing. Budaya yang harus dipahami oleh tiap-tiap orang yang berada di perusahan itu. Gunanya? Ya agar visi dan misi perusahaan tercapai. Gitu sih menurut teori.  Meski kantorku bisa dibilang rada nyeleneh dengan yang lainnya, corporate culture juga ada di tempatku berkerja, lho. Dan alasan terbesarku bertahan sampai 1,5 tahun di sini ya karena budayanya itu. Budaya yang menurutku cukup unik, dan beda dari yang lain. Ada 3 budaya inti: Ceria, Kaizen, Deal Done.  CERIA KAIZEN DEAL DONE

sebuah curhat.

Image
Aku kenal dengan banyak pria. Sedari kecil, kusadari aku emang suka sekali mendapat perhatian makhluk yang kelaminnya berlawanan denganku itu. Entah kenapa. Entah berasal dari mana.  Dulu waktu usiaku 5 tahun ada 2 orang teman Ayah yang menginap di rumah. Yang satu perawakannya besar, berkumis dan ramah. Selayaknya orang-orang yang bertemu dengan anak kecil berusia 5 tahun, beliau mengajakku berbincang. Dulu itu aku menyenangkan dan termasuk anak yang bijak alias banyak bicara, karena aku juga suka diajak ngobrol. Teman ayah satunya lebih muda dari yang perawakannya besar itu, badannya juga lebih kurus namun berisi. Ideal. Sayangnya, Oom satu ini enggak tertarik untuk mengajakku berbincang. Dia enggak ngobrol sama sekali denganku.  “Apa aku kurang menarik? Gimana caranya biar dia bisa menganggap aku ada, ya?” Bayangkan. Anak usia 5 tahun bisa berpikiran kayak begitu. Enggak persis begitu, tapi aku ingat banget. Aku pengen bikin beliau itu memperhatikan aku.