Posts

Showing posts from 2015

Moments from 2015

Image
Banyak yang terjadi di 2015. Di sini ada beberapa momen yang aku upload dengan caption singkat. Ya, ternyata banyak juga momen-momen yang nggak ketulis di blog. Untung ada teknologi bernama kamera. Walau nggak serinci tulisan, lewat foto seenggaknmya aku masih bisa inget kapan, di mana dan bagaimana momen itu terjadi. Aku emang addict banget sama yang namanya kenangan. Buat aku kenangan itu semacam penanda kalau kita pernah bahagia dan pernah sedih juga. Aku jadi pen ngepost betapa pentingnya menulis buat aku. Ntar deh ya, kalo nggak males. huahahaha Jadi, ini dia momen 2015-ku....

Rule of Life

Image

Piknik Nomer 1. Tugas Belakangan.

Image
Hal paling gila sepanjang ingatkan yang aku lakukan selama ini adalah main ke Jogja jam 12 malam tanpa ada rencana sebelumnya.  Dan itu terjadi kemarin, Minggu 13 Desember 2015. Jadi kronologinya seperti ini: Malam Senin sekitar pukul 11 malam aku baru tiba di kos, sehabis nge-date sama pacar kesayangan yang dua harian ini ga ketemu, dikarenakan aku sibuk mengurusi ujian kenaikan sabuk yang diadakan hari Minggu. Sampai kamar, seperti biasa aku ngecek hape dulu, baca chat-chat di grup kelas. Kesimpulan dari chat itu: Wawan sama Ermas mau makan berdua dan nyeletuk sekalian mau ke Jogja. . Scroll chat lagi, celetukan mereka ditanggapi dengan ajakan ke Jogja bareng sama Mon. Bella. Nissa dan Desy.  Scroll scroll, akhirnya aku sampai di chat yang isinya, "Oke, ciwi-ciwi lagi siap-siap, nih."   Sampai situ, aku langsung ke kamarnya Mon, konfirmasi langsung tentang obrolan mereka di grup yang katanya mau ke Jogja. Masalahnya sebelum itu, setahuku Monika seda

Mahasiswa Ujung Tanduk

Pertengahan bulan Desember. Aku harus bersyukur berkali-kali lipat karena sudah mendapat tempat magang yang selama semester ini jadi momok yang bikin spaning kalau dipikir. Salah satu digital agency sudah memberikan izin buatku, Cintia dan Desy untuk magang di sana selama minimal 3 bulan. Tapi untuk menuju magang yang notebene-nya berada di semester 6, kami harus melewati semsester 5 terlebih dahulu.    Ngelewati doang mah gampang. Iya, melewati semester 5 tinggal duduk manis ngeliatin kalender, terus tiba-tiba udah yudisium aja.  Masalahnya sekarang, syarat untuk magang bukan hanya lewat semester 5, tapi juga harus LULUS semua mata kuliah yang ada di semester 5. Dan masalahnya lagi, perjuangan untuk lulus di semester 5 itu setara dengan perjuangannya Aang yang harus mempelajari 4 elemen sebelum negara api menyerang dunia.  Harus aku akui emang, semester 5 ini isinya luar biasa. Kuliah yang 4 semester gitu-gitu aja, jadi gereget di semester 5. Belum lagi urusan di

Dear, L #2

Image
Sayang, kau tahu, Bahagia dan Penderitaan itu sepaket dengan Cinta? Cinta itu tidak mudah dan tidak selamanya bahagia. Suatu saat, Cinta akan penuh dengan air mata dan kekecewaan. Maafkan, jika suatu saat aku mengecewakanmu, kautahu bahwa itu adalah sebuah katidaksengajaan. Maafkan, jika suatu saat aku menyakitimu, kautahu bahwa aku tidak pernah ingin menyakiti siapa pun, terutama kamu, Sayang, kita hanya perlu membiarkan Bahagia dan Kecewa silih berganti menghampiri kita, kita hanya perlu bertahan dan saling memaafkan jika salah satu dari kita ada yang merasa tersakiti. Dengan begitu cinta kita bisa menjadi satu paket yang lengkap.  - ZAS

Dear, L #1

Image
"Dear, L. Karena tak butuh satu alasan pun untuk [tidak] berbahagia saat aku jatuh cinta, dan seterusnya jatuh cinta [kepadamu]. Sejak kau izinkan aku tinggal di hatimu, tak ada lagi tempat yang kutuju: selainmu. Di sudut hatimu aku ingin mengaduh bahagia, tanpa jera. Di sudut hatimu, aku ingin tinggal selamanya. Menuliskan cerita bahagia, tanpa jeda. Jelas sudah! Tak perlu kucari bahagia lagi; karena di kamu, bahagiaku itu." - Moammar Emka

Review Here, After (Mahir Pradana)

Image
Judul : Here, After (Cerita cinta berakhir di sini) Penulis : Mahir Pradana Jumlah Halaman : 197 hlm Tahun Terbit : 2012(cetakan kelima) Blurb: SUATU SAAT, cinta itu pernah ada. Dan aku melihatnya pergi tanpa sempat kucegah sama sekali. Sejak itu, hari-hari terasa sulit untuk dijalani. Aku bahkan sulit untuk tersenyum pada bayanganku sendiri di cermin -- karena saat itu aku tahu, hanya aku sendiri yang terlihat di situ. Meskipun kedengarannya tak masuk akal, sering aku berharap bisa membalikkan waktu. Aku bahkan bersedia memberikan apa yang selama ini terpendam begitu saja di hati. Suatu saat, cinta itu pergi. Menyisakan sejuta penyesalan karena tak cukup sigap menahannya tetap berada di sini... Review: Suka. Itulah satu kata yang bisa aku tulis tentang buku Here, After karya Mahir Pradana ini. Buku ini aku pinjam dari salah seorang temanku. Ketika kutanyakan, “Bukunya bagus, nggak?” Dia hanya menjawab, “Lumayan.” Jawaban temanku itu membuat aku ragu-r

[CERPEN] I'm Not The Only One

“Selamat pagi, Sayang…” Sebuah kecupan hangat mendarat di pipiku. Kecupan dari bibir merah muda yang selalu menyambut pagiku sejak tiga tahun yang lalu. Walau sudah setiap hari aku merasakannya, tetapi bagiku bibirnya adalah candu. Aroma khas mint yang manis itu selalu membawaku pada kenangan ciuman pertama yang dingin, manis dan berkesan. Kenangan yang kemudian membawa kami kepada ikatan yang lebih kuat dari sekadar ikatan kekasih. Bibir hanya salah satu dari seribu alasan yang dapat kuberikan kenapa aku begitu menyukai hingga masuk dalam fase mencanduinya. Semua yang ada pada Raga membuatku mencintainya dengan telak. Jika setiap pasangan ada seorang yang mencintai gila-gilaan, orang itu adalah aku. Aku mencintainya melebihi apa pun yang ada di dunia ini.  Aku bergelayut manja di dadanya. Aku sangat menyukai momen di pagi hari bersamanya. Ketika kami berdua masih sama-sama enggan untuk beranjak dari tempat tidur dan memilih saling bercengkrama dari hati ke hati.  “Sayang…” p

Review Goodbye Happines (Arini Putri)

Image
Judul: Goodbye Happiness (Cinta yang Takkan Usai) Penulis: Arini Putri Jumlah Halaman: 320 hlm Ukuran: 13 x 19 cm Harga: Rp 45.000 ISBN: 9789797805937 Blurb: Kau dan aku tidak ditakdirkan untuk berada dalam satu kisah yang indah. Percaya atau tidak, begitulah kenyataannya. Jangan menyangkalnya karena akan sia-sia. Sama seperti berjalan di atas pecahan kaca, setiap langkah kita sesungguhnya hanya akan menuai luka. Kau dan aku seperti tengah mencoba untuk membirukan senja yang selalu merah. Kita sama-sama berusaha, namun tidak bisa mengubah apa-apa. Senja tetap berwarna merah dan hatiku masih saja berkata tidak. Maka, berhenti dan renungkanlah ini semua sejenak. Tidak ada gunanya memaksa. Ini hanya akan membuatmu tersiksa dan aku menderita. Lantas, kenapa kita tidak menyerah saja? Bukankah sejak awal semuanya sudah jelas? Akhir bahagia itu bukan milik kita. Review: Ini sudah ketiga kalinya aku membaca Goodbye Happiness, dan baru sekarang membuat rev

[CERPEN]Teman(?)

Aku memandangi arloji, seharusnya gadis itu sudah lewat di jalan ini sejak lima belas menit yang lalu. Dan aku merasa tidak salah hari. Gadis itu selalu lewat jalan ini setiap hari Rabu. Mungkin dia sedang sakit atau apalah yang membuatnya tidak bisa lewat sini, pikirku putus asa, kemudian bersiap untuk meninggalkan tempat ini. Baru saja aku menyertarter sepeda motor dan pergi dari kafe tempatku bekerja, aku melihat seorang gadis lari tergopoh. Senyumku terkembang. Ini dia. Rabu kali ini gadis itu memakai jaket warna biru tua. Tak lupa juga ia menyematkan earphone di telinganya. Ketika ia berlari, rambut ekor kudanya bergoyang ke kanan dan ke kiri. Pandanganku tak lepas dari setiap geriknya. Aku suka sekali dengan pemandangan yang kusaksikan saat ini. Sebenarnya aku ingin sekali mengajaknya berkenalan, aku sudah memperhatikannya sejak dua bulan yang lalu. Tetapi, bagaimana cara berkenalan dengannya? Aku bisa disangka pemuda tidak benar jika aku menghampirinya dan berkata, “Hai,

I N U

Jika harapan itu kembali dan kamu yang membawanya, maka aku mohon biarkan harapan itu berubah menjadi kenyataan. Jika Tuhan memberikan bentuk nyata kasih sayang-Nya lewat kamu, maka aku mohon biarkan kasih sayang itu menetap, sehingga aku dapat terus bersyukur karenanya. Karena aku tidak bisa hidup sendiri. Bagiku, sendiri adalah awal untuk kegelapan. Karena itu, aku butuh harapan yang kamu bawa. Karena itu, aku butuh kasih sayang darimu. Karena itu, aku membutuhkanmu di setiap celah kebahagiaan dan kesedihanku. Yogyakarta, 18102015

Kabar-Kabur

Image
Halo, Blog! Aku kembali.  Sesuai pernyataan di post sebelumnya, aku bakal rajin menulis lagi. Sebelum IQ-ku semakin menurun karena nggak pernah dipake-_-v Mungkin, eh bukan mungkin, tapi AKU HARUS MELUANGKAN waktu untuk menulis. Hm, mungkin aku mau bikin challenge kayak Ecik gitu, jadi kalo sehari aku nggak menulis, ntar konsekuensinya aku harus donasi lima ribu rupiah buat diri sendiri tapi uangnya nggak boleh digunakan kalau nggak ada urusan mendadak kayak tiba-tiba abang siomay lewat dan aku lapar tapi nggak punya duit lain selain uang donasi itu. :| Ada banyak, banyak banget yang aku mau ceritain. Tentang ulang tahun ke-20, tentang UTC, tentang anu, dan tentang kuliah.

Blog, I'm sorry :(

Haloooo...  Udah lama sekali aku nggak menulis ya? Rasanya udah 26371635 tahun aku nggak curhat di blog kesayangan ini. Pertama-tama, aku mau minta maaf dulu sama kamu ya, Blog... Aku lama tidak menjamahmu karena sesuatu. Ya sesuatu. Kamu tahulah... Meski begitu, aku bakal tetap mengakui dosaku. Jadi gini, aku lama tidak menulis bukan karena aku sibuk, ya meskipun tidak ada mahasiswa yang tidak sibuk di ujung pada semster 5-nya ditambah lagi dengan kesibukan UKM yang harus menguras pikiran dan tenaga. Tapi ya (lagi), aku merasa nggak ada yang bisa melawan kesibukanku menjelang UN 2 tahun silam. Kesibukan mempersiapkan kejuaraan nasional sekali pun, nggak bikin aku seheboh pas menjelang UN. Lha Ini kenapa jadi curhat masa lalu? Oke fokus fokus... Lalu kenapa aku membiarkan blog yang kubesarkan sejak 4 tahun ini dihuni oleh sarang laba-laba saking lamanya tidak diurus? Padahal aku punya waktu untuk mengurusnya.  Terus kenapa kamu mengabaikan kami, Gaaar?

Game Over, Dude!

Image
Tahu kan, lagunya Sam Smith yang I'm Not The Only One? Bukan cuma lirik, tapi music video -nya benar-benar bikin hati teriris-iris... Tulisan ini ada kaitannya dengan itu. Sangat terkait, tapi ini bukan review lagu lho.  Oke, here we go.. You say I'm crazy Cause you don't think I know what you've done  And when you call me Baby   I know I'm not the only one Bagitulah akhirnya: tragis. Mungkin aku harus high five sama mbak yang di music video I'm Not The Only One -nya Sam Smith itu karena kami memiliki nasib yang sama:  Kami berdua bukan satu-satunya wanita di satu-satunya lelaki kami. Eits, tapi tunggu dulu deh, kami nggak benar-benar sama, setidaknya, aku nggak sepolos si mbak yang walaupun dia sudah mengetahui bahwa pasangannya itu pamit pergi kerja, padahal ia ke klub terus nganu  sama cewek lain, tetep aja si mbak pura-pura nggak tahu kesalahan si mas, dan masih bisa tersenyum menyambut kepulangan si mas. Padahal waktu si mas asik-asiknya mae

Move on yuk, Gar :')

Rasanya pengen nabok itu orang, sambil teriak. “KAMU MAUNYA APA CYIIH???” Rasanya pengen mengecil terus masuk ke dalam kepalanya, terus aku bisa tahu apa yang dipikirannya.  Aku bisa tahu apa yang sebenarnya dia mau dari aku. Jadi, aku nggak merasa kayak layangan begini, ditarik-tarik terus diulur. Iya dia, siapa lagi. Masak yang udah tua itu.  Mungkin kamu aja yang kepedean, Gar. Kuampret-_-  Iya sih, mungkin aja dia memang enggak berniat apa-apa lagi samaku. Mungkin di matanya aku emang bukan apa-apa lagi selain salah satu temannya. Enggak kayak aku, yang belum—EHEM—bisa lupa sama dia. Belum bisa biasa dan memperlakukan dia sama seperti mas-mas atau teman-teman yang lain.  Karena jauh jauh jauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuh banget di dalam hati

Malam Minggu (lagi)

Ini malam minggu. Aku lagi di sekre, karena Monika (lagi-lagi) meninggalkan teman kos sekaligus teman sekelasnya ini. Tadinya nggak niat menginap, sih, tapi karena sesuatu dan sesuatu dan sesuatu kemudian terjadilah sesuatu, akhirnya aku memutuskan untuk menginap di sekre. Mencegah rasa galau yang takutnya menyerang tiba-tiba saat aku sendirian di kamar. Bicara tentang galau, yah, sebulan terakhir ini emang aku nggak jauh-jauh dari kata itu. Ujung-ujungnya pas lagi melamun, lagi di perjalanan, dan lagi kosong, ada aja quotes yang tercipta dari pikiranku.  "Baru kusadari, tanpa ikatan justru membuat kita kian menjauh. Akhirnya, pada satu titik, rasa itu akan habis dan kita akan berjalan di jalur masing-masing tanpa mencari kembali cara menyatukan jalur itu. Karena kamu sudah terlalu tak peduli dan aku sudah terlalu lelah untuk peduli." Quotes  di atas dibuat beberapa hari yang lalu, jadi ceritanya seperti biasa dia muncul setelah seminggu aku mati-matian usaha buat

Dua Sisi

Jam 11 malam, dan aku baru selesai mandi pasca latihan training center yang tidak aku lakoni berbulan-bulan lamanya. Ya, aku emang males banget untuk melakukan latihan satu itu, kalo bukan karena menjadi atlit Liga Mahasiswa yang akan diadakan dua minggu lagi, mungkin semalam aku nggak akan tc. Apalagi dengan kondisi yang ‘begini’.  Tapi bukan intinya, semalam sehabis latihan, aku pulang bersama seorang teman. Teman yang mungkin pandangannya tentang sesuatu seringkali membuat orang-orang mengerutkan kening. Kami mengobrol nggak penting seperti biasa, sampai pada suatu obrolan yang menurutku cukup untuk dijadikan bahan tulisan.  Saat itu, entah apa yang sebelumnya ia katakan, tetapi yang aku ingat aku membalas perkataannya dengan pertanyaan, “Kamu pernah naksir orang nggak, May?” 

-

"Katanya, menulis dapat mempengaruhi pikiran seseorang. Tetapi mengapa setelah berpuluh-puluh tulisan yang kubuat untuk mengubah pikiranmu tidak memberi efek apa pun kepadamu?"

Empty - The Click Five

Tried to take a picture Of love Didn't think I'd miss her That much I want to fill this new frame But its empty Tried to write a letter In ink Its been getting better I think I got a piece of paper But its empty Its empty Maybe we're trying Trying too hard Maybe we're torn apart Maybe the timing Is beating our hearts We're empty And I've even wondered If we Should be getting under These sheets We could lie in this bed But its empty Its empty Maybe we're trying Trying too hard Maybe we're torn apart Maybe the timing Is beating our hearts We're empty Oh oh Oh oh Oooooh Oh oh Oh oh Maybe we're trying Trying too hard Maybe we're torn apart Maybe the timing Is beating our hearts We're empty We're empty We're empty Or will we end up getting hurt Is this love a myth So tell me are you in for this There's so much more than

[CERPEN] Satu-satunya Yang Percaya

Aku melihat ke arahnya yang masih sibuk memainkan Clash of Clans —ah, permainan itu, rasanya ingin kulenyapkan dari muka bumi. Aku yakin bukan aku saja yang ingin melakukan hal yang sama kepada permainan yang membuat semua wanita kehilangan perhatian dari pasangannya itu, eh tapi tunggu, dia, kan bukan pasanganku—bukan lagi, lalu mengapa aku harus mengeluh?  Aku mendengus, bukan karena ia masih serius dengan permainannya itu—padahal sudah sekitar sepuluh menit aku memandanginya berharap ia sadar bahwa ada gadis manis yang sedang memperhatikannya. Bukan. Bukan itu yang membuatku mengeluh. Tetapi ingatan bahwa aku bukan lagi orang yang berhak kesal dengan kehilangan perhatian pasangannya karena kenyatannya, AKU BUKAN KEKASIHNYA LAGI . Itu yang membuatku kadang-kadang depresi. 

Dengan Melupakanmu

Ijinkan aku bercerita pada satu hal yang mungkin saja bagimu adalah satu kisah biasa. Namun bagiku, tak ada yang lebih bermakna selain jatuh cinta kepadamu. Pada rasa yang tak terduga, juga tak terencana. Bahwa sebaik-baiknya hidup adalah ketika kau menemukan separuh dirimu ada pada orang yang kau cintai. Dan itu, kamu... Telah kuaminkan setiap doa sebelum tidur malamku. Telah kuharapkan setiap mimpi indahku berisi kamu. Namun tak semua amin berujung nyata. Terkadang, harap berpangkal semu. Jika sudah demikian, bagaimana jika kupasrahkan saja kau dalam doaku. Aku tahu, Tuhan mengerti tentang perasaan. Dia ingin membuatku bahagia lewat cara lain. Dengan melupakanmu... #ReBlog: Robin Wijaya

INI MALAM MINGGU!!!

Itu baca judulnya harus teriak-teriak biar greget...  Iya, ini malam minggu. Saya jomblo (dalam arti yang sebenarnya), dan saya tekapar seharian di kos... Tanpa teman, apalagi kekasih-_- Teman? Harusnya sih ada Monika, anak Banjarnegara yang jadi soulmate -ku selama hampir dua tahun merantau di kota Solo ini... Tapi Monika-nya lagi pergi ke Jogja, jengukkin teman SMA-nya yang masuk rumah sakit karena jantung bocor. Serem iya, serem amat, tapi percayalah nggak ada yang lebih serem dari malam minggu tanpa pacar, teman, smartphone, koneksi internet dan leptop, ditambah lagi dengan kondisi badan yang tidak sehat, ditambah lagi dengan kondisi hati yang semakin lama semakin parah-_-v  Praktis, yang aku lakukan seharian ini cuma tidur, tidur dan tiduuuuuurrrr.... Sampai jam 10 tadi, akhir ya leptopku kembali, dan demi membebaskan diriku dari kekosongan, aku minjem modem-nya Monika. Hasilnya, terciptalah post  nggak penting ini. Habis ini nggak tahu apa yang mau kulakukan lagi. Ti

KENAPA JADI RUSAK SEMUA BEGINI?!!! :(

Aku punya cerita sedih… Lebih sedih dari diputusin. Aku ceritain, ya… Satu. Dua. Tiga. Jadi gini… BlackBerry-ku rusak. Sejak dua-tiga bulan yang lalu, gara-gara itu aku nggak bisa BBMan, nggak bisa WhatsApp-an, nggak bisa nyetatus, nggak bisa ngalay , nggak bisa download lagu, dan nggak bisa lainnya.   Belum sedih ya?  Mini speaker-ku rusak. Mini speaker pinjeman pula, jadinya kan aku nggak bisa nyuci sambil dengerin suaranya Adam Levine.  Oh iya, ngomong-ngomong tentang Adam Levine, bulan September besok Maroon 5 mau konser di Jakarta, lho. Dan nonton itu konser adalah satu dari seribu keinginanku yang pasti tidak terealisasikan, kecuali aku nemu uang sak koper di tengah jalan… Dan nggak ada yang lebih sedih dari pacaran bertahun-tahun sama Adam Levine, tapi nggak pernah ketemu… *krik krik krik* Waah ada kupu-kupu terbang… #apasih-_-  Mau tau apa lagi yang bikin sedih? Modem-ku rusak T.T Otomatis kalo aku mau nyari referensi tugas harus

Hidupkan Togar Kembali!

Hal-o… I’m fine , kali ini nggak bohong. Nggak pake tanda kutip, nggak sok tegar. Togar tetaplah Togar, jangan diganti-ganti jadi tegar, ntar kalo jadi tegar aku yang sekarang bukanlah aku yang dahulu…*hening yang panjang*  Hmm… Kuliah semester 4 mah nggak berat-berat amat sih rasanya, nggak bikin shock juga. Paling dari dosen Perencanaan Media merangkap menjadi Pembimbing Akademik-ku yang rada drama, tiap minggu ngasih tugas, ngasih pertanyaan yang Cuma bisa dijawab sama dosennya… Shock, iya, di pertemuan 1 2… Pertemuan selanjutnya yang tertinggal hanyalah males masuk dan akhirnya aku sudah dua kali membolos gara-gara nggak selesai tugas-_-v   Ngerasa nggak berat, bukan berarti nilainya bisa 80 atau 90… Pas semester 3 sih, paling yang memungkinkan dapet nilai C Cuma satu mata kuliah. Kalo sekarang kebalik, yang memungkinkan dapet nilai A/B Cuma satu mata kuliah-______- apalagi, pasca patah hati gini, bikin nggak mood (baca: muth pake H) ngapa-ngapain, pengennya cuma tiduuuu

[CERPEN] Rasanya Patah Hati

Satu-satunya yang ingin kulakukan saat ini hanyalah meletakkan tubuhku ke atas kasur. Karena itu, begitu aku masuk ke dalam kamar, dengan tas yang masih di punggung dan tanpa melepas kaus kaki, aku langsung merebahkan diri ke tempat tidur. Tak peduli dengan keadaan kasur yang penuh dengan barang. Tak peduli dengan suasana kamar yang mungkin lebih tepat disebut kandang. Kuakui keadaan kamar yang berserakan seperti ini memang tak nyaman untuk dilihat—apalagi ditinggali, tetapi siapa peduli, biarlah kamarku berantakan seperti sekarang sama seperti empunya.  Suara ketukan membangunkanku, jam pada smartphoneku menunjukkan pukul delapan pagi. Dan aku masih mengenakan setelan lengkap kemeja dan jeans yang kukenakan kemarin.  Terdengar suara ketukan lagi, kali ini bersamaan dengan suara Prita, teman kos sekaligus teman sejurusanku. “Ra…”  “Hmmm…” Nyawaku belum sepenuhnya terkumpul. “Kamu nggak kuliah lagi?” “Nggak.” Jawabku singkat, kemudian aku bersiap unt

Berakhir Sampai Di Sini

Hari-hariku udah cukup semerawut dua minggu belakangan ini. Kuliah bisa dibilang nggak sukses. Kamar berantakan. Hidup nggak teratur. Nggak fokus, males-malesan, lupa caranya senyum yang tulus, lupa caranya membuat bahagia diri sendiri dan segala macam efek biasa patah hati lainnya yang buat hidupku kayak Zombie. Saking seringnya, aku sendiri hapal dengan hal-hal kayak gini dan yang terjadi selanjutnya, sesuai dengan hapalanku. Kali ini sama seperti yang sebelum-sebelumnya. Awal bahagia. Akhir nangis darah. Entah harus berapa kali aku mengulang fase yang sama lagi. Kenal – Deket – Suka – Jadian –  Dibikin bahagia – Dibikin bahagia banget – Dibikin bahagia sekali sampe cinta mati – Terjadi sesuatu yang tidak diinginkan – Memburuk – Makin parah – Didiemin, dibikin panik, dibikin bingung, dibikin nangis – Putus – Nangis gulung-gulung dikamar – Galau – Susah move on – dan akhirnya bisa move on karena dibikin bahagia sama orang lain.  Sugesti A sampe Z untuk memperpendek waktu

Intermezo

"Cinta adalah purba. Dia dimakan tahun, dihabisi oleh senja, tetapi tetap saja bertahan untuk tak menua. Cinta adalah purba, tema itu-itu saja yang terus mengabadi dalam cerita. Kau bisa menemukan cinta dalam cerita paling tua, di tiap belahan bumi mana saja. Cinta seperti terserak dan setiap orang memungutnya dengan bahagia. Dari dongeng naif Cinderella, kisah tak sudah Rama dan Sita, hingga cerita panjang tentang Paris dan Helene dalam  perang Troya, kau menemukan pemicu yang sama, cinta.  Mitologi dari seluruh dunia, cerita rakyat dari seluruh pelosok-pelosok tak bernama, semua mengirimkan kisah yang sama purbanya. Namun,  kau juga tahu itu benar—yang dikatakan orang-orang—bahwa cinta tak melulu tentang langit biru dan matahari yang teduh. Cinta bukan hanya gula-gula manis dalam mimpi kanak-kanak.  Dan, tak sekadar tentang berjalan bersisian dengan hati berirama bersahutan. Cinta mampu menjelma gulita, sampai kau merasa sesak karena tak bisa menebak arahnya. Dan, te

*angkat tangan*

Persetan dengan privasi. Aku cuma pengen nulis, curhat, nangis, apa saja yang bikin aku jadi lebih baik. Meskipun aku tahu, nggak ada yang bisa bikin lebih baik selain restu dari ibunya.   Yeaaah... Setelah berurusan dengan pacar orang dan ditinggal dengan yang lain, inti dari masalah percintaan kali ini adalah RESTU ORANG TUA. Nggak ada yang bisa aku apa-apakan dari itu, Suka sama pacar orang bisa aja terus berjuang dekat dengan orangnya sampe mereka putus. Ditinggal demi cewek lain bisa aja aku membenci dan menghujatnya dengan bermacam-macam sumpah serapah. Tetapi, putus karena nggak dapet restu? Aku harus menyalahkan siapa? Menyalahkan nenek moyangku? Menyalahkan masa lalu?  HISH. NGGAK ADA GUNANYA-_-  Nggak ada yang bisa aku salahkan. Atas semua yang telah terjadi, nggak ada gunanya disesali. Harusnya semua orang bisa berpikir begitu. Tetapi semua orang punya sudut pandang yang berbeda-beda. Itu letak salahnya. Dan kalau saat ini nggak ada kata-kata lai

Terbengkalai Kemudian Terlupa

Bukan. Itu bukan curhat yang bermodus judul, kok. Dan isi tulisannya juga nggak akan mengarah ke ‘sana’. Ke sana. Ke diaaa *lirik*.  Ya bohong, sih, ntar juga pasti bakal menyerempet ke sana juga. Dia kan udah paket lengkap sama tulisan-tulisanku. Walaupun sekalimat, pasti ada aja sesuatu yang berhubungan sama itu orang. Haha maaf labil :D  Kembali ke topik yang bukan dia, jadi yang terbengkalai selain hati dan perasaan - ku, yang paling paling memprihatinkan adalah proyek menulis-ku yang seharusnya sudah setengah jalan, (terpaksa) tertunda lagi. Tertunda untuk selamanya lagi mungkin. :( *nangis sambil garuk-garuk aspal*  Alasannya tentu saja sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dijadikan alasan, karena SEHARUSNYA kalau aku memang berkomitmen menyelesaikannya nggak ada namanya sesuatu yang bisa menghambat komitmenku itu.  Sama kayak kalo memang kamu merindukan seseorang dan ingin bertemu dengannya, nggak ada alasan remeh seperti “Takut dibegal” atau “Bukan lagi anak malam” se

Untuk Yang Jauh

Apa kabar hati yang kutitipkan padamu? Masihkah dia menempati seluruh ruang di hatimu?  Atau kini dia ada di ruang yang sempit, sendirian dan hanya sesekali kau tengok lantaran ruangmu yang lain sudah penuh dengan kesibukan dan lelah fisik?  Sebagai pemiliknya, aku merasa ia ditempatkan pada pertanyaanku yang ketiga. Aku, sebagai pemiliknya juga, tahu benar keadaannya.  Ia sekarang sedang sekarat, Sayang.   Kau tak memperhatikannya 'kan? Mungkin beberapa kali kau datang ke ruangan itu, tetapi  kau menempatkan hatiku di ruang yang terlalu gelap sehingga kau tidak melihat keadaanya yang berantakan.  Tetapi ia tak mempersoalkannya.   Karena ia mencoba untuk memahamimu. Memahami keadaan saat ini yang jelas-jelas bertentangan dengan keinginannya. Berat, Sayang. Apa lagi dia berjuang sendiri. Ia berjuang sendiri untuk kebahagiaan kita berdua.  Kuat sekali, ya dia? Aku saja tak menyangka dia bisa bertahan dengan semuanya.  Kau harus tahu hal ini. Tetapi, aku t

Cerita yang lainnya...

Blog sedang kututup untuk umum. Enggak buat selamanya, kok Pengin berbenah, sih, sebenarmya. Tapi kok males? :| Mumpung lagi mengasingkan diri atau diasingkan lebih tepatnya, jadi karena nggak ada yang bisa dikerjakan, harusnya bisa menata blog, dan menulis.  Kalo menulis, sih, sampai saat ini aku sudah mendapat ide yang menurutku bisalah diperjuangkan untuk menulis tingkat lanjut.  Tapi masalahnya, aku jadi kaku. Kekurangan kosa kata. Dan pengin buru-buru menyelesaikan cerita saking nggak tahu lagi harus menulis apa. Hasilnya, masih di halaman ketiga dan ceritanya bahkan belum setengahnya, aku udah mikir, "Ini tulisan siapa? Jelek amat. Tutup ah."  Dan lagi-lagi cerpen-ku terbengkalai.  Ya bagaimana pun juga, bisa nggak bisa harus dipaksa. Lagi pula, aku lagi niat-niatnya nulis. Pokoknya selama aku mengasingkan diri, minimal tiga judul cerpen bisa selsai.  Terus juga, yang membuat niat menulisku tinggi saat ini karena aku  membutuhkan pengalihan.  Aku

Liburan Rasa Jomblo

Ya begitulah. Ini hari kesekian belas hari aku liburan. Dan yang aku rasain selama liburan… aku jomblo. Ada beberapa hal yang bikin liburanku rasanya gabut alias suwung alias jomblo: 1. Jomblo dalam arti sebenernya. Si Pacar lagi sibuk di belahan bumi bagian mana, sibuk dalam arti sebenarnya juga. Bahkan aku ngerasa, dia lebih sibuk pas liburan. Dia sibuk latihan latihan latihan dan latihan. Telepon, sms, bbm juga jarang. Di awal-awal liburan, emang itu ganggu banget buat aku. Aku lagi libur dan selo dan nggak ada kerjaan, jadi 7 hari 24 jam 60 menit 3600 detik aku penggang hp, dan aku harap seharian kami berdua berkomunikasi. Tapi dia, latihan sehari 3 kali dan waktu luangnya dipake buat tidur—dia capek, dia harus jaga kondisi badan dan bla bla bla. Cewek mana yang nggak nuntut perhatian? Cewek mana yang nggak pengen dimanjain—apalagi dalam keadaan jauh? TAPI… COWOK MANA YANG NGGAK MAU DINGERTIIN? Aku ngalah, dan aku milih buat ngertiin dia. Mengingat dan menimbang segala hal bai

Semangat 2015!

YESSS!!! Udah 2015! Artinya bentar lagi nikah wkwkwk. Enggak. Enggak. Itu masih lama, lamaaa, ya jangan lama-lama banget sih  Tahun kemaren… Mmm… Yang paling ngena apa ya? Nggak ada sih. Tenang aja, aku jadi mahasiswa santai sekarang, em… anu, ya setidaknya nggak kayak SMA, dan ini membuatku seribu kali bersyukur… Tahun ini umurku 20… 20 Men 20! Udah boleh nikah belum *eeealah ngomongin nikah lagi-_- *gaplok sandal Dan 2015 ini, semakin banyak sesuatu yang harus dipikir. Menyangkut hidup dan mati. Jiwa dan raga. Surga dan neraka. Yang harus dipikir di 2015 ini jelas: 1. Pikir kota mana yang mau dijadiin tempat magang tahun depan!  Emang masih lama sih, setahun lagi… Tapi ngurus babibu-nya itu kudu dipersiapkan dari sekarang. Padahal aku paling males ngurus ini-itu sendirian-_- yaw ajar, bungsu gitu! Dari awal masuk TK sampe kuliah semuanya diurusin, Dari lahir sampe sekarang, baju aja dibeliin, sampe2 nggak bisa beli baju sendiri kalo nggak sama keluarga-_- tapi masak anak

[CERPEN] Gadis Penunggu Kematian

Namanya Amara. Gadis berkulit pucat, bermata sayu dan berambut panjang tergerai. Ia selalu memakai busana berwarna sendu. Ia tidak memiliki sahabat. Ia bahkan tak punya teman. Dan tentu saja tanpa kekasih. Semua itu seakan memperjelas bahwa ia adalah orang paling menyedihkan yang hidup di muka bumi ini. Ia bahkan tidak mengerti mengapa ia masih hidup. Padahal ia siap mati. Dengan keadaannya yang seperti sekarang ini, Amara siap untuk mati. Namun, kematian tak kunjung menjemputnya. Mungkin kematian ingin menyiksanya terlebih dahulu di dunia, atau mungkin saja Amara tidak benar-benar siap menghadapi malaikat pencabut nyawa.  Amara tidak mau menjemput kematian dengan cara bunuh diri. Amara masih mengutuk perbuatan itu sejak dahulu. Bahkan, saat ia sedang putus asa seperti sekarang ini, Amara masih membenci perbuatan yang tidak bertanggung jawab itu. Amara ingin kematian yang datang kepadanya, Dan ia akan menunggu hingga kematian itu menjemputnya.

[CERPEN] Amara

“Sst… Gadis Hantu.” Clara menyentuh bahuku pelan, sambil menunjuk pintu masuk. Sedetik kemudian, mendadak seisi ruangan menjadi hening. Semua orang terpaku pada satu arah, Gadis Hantu. Gadis Hantu hanyalah sebuah julukan yang diberikan oleh anak-anak sekelas, nama sebenarnya adalah Amara. Amara dijuluki Gadis Hantu karena ia memang seperti hantu. Sejak awal masuk kuliah dua bulan lalu, Amara irit bicara. Bukan karena ia masih ja’im, seperti mahasiswa lainnya yang di awal pura-pura kalem, namun di akhir ceriwiws. Clara contohnya, di minggu-minggu pertama masuk, ia sangat kalem, anggun dan mempesona. Sehingga tak sedikit yang sering mencuri-curi pandang ke arahnya. Namun, itu hanya beberapa minggu. Sekarang, Clara justru menjadi gadis cerewet, suaranya nyaring bagaikan nyamuk yang berdenging tepat di telinga. Hal itu membuat kaum Adam malas berurusan dengannya, fyi saja, bagi lelaki cukup ibu saja yang bisa mencereweti kami, telinga kami tidak cukup kuat untuk menerima omelan dari wani