Untuk Yang Jauh
Apa kabar hati yang kutitipkan padamu?
Masihkah dia menempati seluruh ruang di hatimu?
Atau kini dia ada di ruang yang sempit, sendirian dan hanya sesekali kau tengok lantaran ruangmu yang lain sudah penuh dengan kesibukan dan lelah fisik?
Sebagai pemiliknya, aku merasa ia ditempatkan pada pertanyaanku yang ketiga. Aku, sebagai pemiliknya juga, tahu benar keadaannya.
Ia sekarang sedang sekarat, Sayang.
Kau tak memperhatikannya 'kan? Mungkin beberapa kali kau datang ke ruangan itu, tetapi kau menempatkan hatiku di ruang yang terlalu gelap sehingga kau tidak melihat keadaanya yang berantakan.
Tetapi ia tak mempersoalkannya.
Karena ia mencoba untuk memahamimu. Memahami keadaan saat ini yang jelas-jelas bertentangan dengan keinginannya. Berat, Sayang. Apa lagi dia berjuang sendiri. Ia berjuang sendiri untuk kebahagiaan kita berdua.
Kuat sekali, ya dia? Aku saja tak menyangka dia bisa bertahan dengan semuanya.
Kau harus tahu hal ini. Tetapi, aku tahu kau tak suka membaca. Kau tak punya waktu untuk membacanya. Karena itu, aku menulis ini hanya untuk kupendam di draf smartphone-ku. Sama seperti tulisan lain yang kutujukan padamu. Tak apa. Bukan hatiku saja yang sedang mencoba untuk memahamimu, di sini, aku juga mencoba untuk mengerti keadaanmu. Keadaan kita.
Terakhir dariku, salam rindu untukmu, dan untuk hatiku tentunya. Jaga dia ya. :)
Comments
Post a Comment