Mencoba Bahagia (kembali)
Hmm.. ingin mengungkapkan sesuatu, mungkin
sedikit—bahkan terbaca sangat berlebihan.
Beberapa hari yang lalu, beberapa minggu yang
lalu, beberapa bulan yang lalu, beberapa tahun—oke, belum sampai beberapa
tahun—hidupku buruk, hanya buruk, bukan sangat buruk, tapi bisa dikatakan nasib
yang paling buruk yang harus kuterima dan lewati. Kenapa? Aku bahkan tak ingin
mengingatnya lagi, yang jelas, ‘dulu’, aku menempatkan semua masalah dalam
batinku, semuanya! Entah itu masalahku atau masalah orang lain, dan yang jelas
lagi, tiap harinya ada saja sesuatu yang membuatku ingin marah dan ‘menangis’.
Sampai salah seorang temanku memberiku sebuah buku, Si Cacing dan Kotoran
Kesayangannya 2! Aku membuka daftar isi, judul “Empat Cara Melepas” menarik
perhatianku—mungkin aku bisa melepas ‘seseorang’, pikirku. Aku membacanya
perlahan—menghayati setiap deret kalimat dan memaknai kalimat tersebut.
Meresonansi setiap peristiwa yang kualami dengan tulisan yang kubaca. Dan aku
mengambil kesimpulan bab tersebut—yang ternyata ‘melepas’ di situ bukanlah
sekedar melepas seseorang, tapi ‘melepas’ diartikan untuk segala hal yang
membuat hati dan pikiran kita tidak enak, apapun.
Empat Cara
Melepas:
1. Menempatkan ‘satu hal’
dalam ‘satu waktu’
Ambillah batu, tuliskan
pada batu tersebut “Masa Lalu” dan “Masa Depan”, lalu lempar batu tersebut
sekuat tenaga sampai batu itu ada di tempat yang jauh. Intinya, lupakan masa
lalu; baik dan buruk, dan berhenti mengkhawatirkan masa depan.
Tidak banyak banyak
bepikir. Kita cukup memikirkan satu hal, satu dan hanya satu! Jika memikirkan
ini-itu-di sana-di sini itu akan membuat kita merasakan beratnya hal yang kita
hadapi, dan kita jelas tidak akan bahagia jika memikirkannya.
2. Mau di Sini
Cara melepas yang ke dua,
kita mau di sini. Di sini, di tempat yang kita sebut sebagai ‘penjara’ karena
kita tidak ingin ada di situasi atau tempat kita sekarang. Jika kita dalam
situasi yang buruk, coba nikmati situasi tersebut dengan begitu situasi
tersebut tidak akan ‘memenjarakan’ kita.
3. Memberi Tanpa Harap
Kembali
Apa hubungannya melepas dengan memberi tanpa
harap kembali? Ketika kita berada dala satu ikatan—cinta atau pertemanan,
tentunya kita memberi banyak hal, namun, apakah kita benar-benar memberi tanpa
mengharap timbal balik? Melepas apa yang kita beri? Seringnya, kita mengharap
timbal balik—termasuk aku, dan hal itu seringnya juga malah menjadi bumerang
untuk kita dan hal itu membuat kita tidak mendapatkan hal yang kita ingin kan—timbal
balik. Jadikanlah memberi itu sebagai kesenangan, maka kita akan tahu apakah
melepas itu dan apa sesungguhnya makna kehidupan.
4.
Batin Teflon
Cara melepas berikutnya adalah dengan cara kita
memiliki batin ala teflon, maksudnya, tidak ada yang menempel padanya. Jangan
mencatat atau mengingat-ingat apa yang dikatakan atau yang dialami. Kita cukup
sekedar mengambang melewati hidup, tak mengumpulkan apa pun , apalagi
mengharapkan masa depan. Jangan mengira peristiwa bahagia yang kita alami dapat
membuat kita bahagia selamanya, bahkan hal itu akan membuat kita ‘berespektasi’
terhadap peristiwa-peristiwa berikutnya. Lepaskan semua momen-momen suka atau
duka pada masa lalu, sampai kita memiliki batin yang tidak bisa didekati
apapun, dengan begitu kita bisa menikmati pa yang terjadi berikutnya, tidak
membiarkan masa lalu membelenggu kebebasan kita.
Yah..
itulah kesimpulan dari bab itu, beberapa kalimat ada yang aku contek juga sih
hehehe. Sampai saat ini, aku masih tahap menjalankan cara nomor 1 dan tadi
hampir gagal -_- dan aku baca lagi, dan aku usaha lagi.
Sebagian
besar orang mungkin akan berkata, “Ah, hidup itu kan tidak semudah itu!” Memang
benar, dan aku sangat setuju, berat memang, tapi saat aku mencoba ‘melepas’
dengan cara “menempatkan satu hal di satu waktu” hal tersebut benar-benar
manjur untukku, selama ini aku selalu membawa ransel yang berat dan banyak
isinya di atas pundakku yang membuat aku tersenyum kecut. Namun sekarang tidak
lagi, aku ingin bahagia. Terrserahlah berapa masalah, berapa hal lagi yang
dapat membuatku ‘mendidih’ yang jelas aku ingin bahagia, dan bahagia didapat
dengan cara melepas.
Jadi, sekali
lagi, terima kasih untuk bukunya :)
dan maaf, sudah kukatakan ini berlebihan, "berubah karena sebuah buku? yang benar saja.." Boleh tidak percaya, aku pun begitu, awalnya.
Comments
Post a Comment