Back 2 Back

"Kamu lebih suka kuliah atau kerja?"
"Kuliah!"
"Kenapa?"

"Kuliah itu aku tanggung jawab sama diriku sendiri. Aku ngelakuin sesuatu karena aku mau bukan karena permintaan orang lain. Aku bebas ngapain aja, nggak peduli pulang jam berapa, mau apa. I'm the owner of myself.  Waktu kuliah aku hanya punya tujuan: IPK yang nggak jelek2 amat biar ortu nggak malu. Jadi selama aku mampu bikin IPK selama kuliah di atas 3, whatever I do is acceptable. 

And, the 'FUN' thing of the college is... "I'm so easy to be a rich guy and just needttwo weeks after that I become a totally poor guy. Karena apa? Karena aku nggak punya pekerjaan dan (waktu itu) aku sama sekali nggak berniat untuk punya uang sendiri selain minta dari ortu (yang datangnya sebulan sekali dan dihabiskan dalam waktu setengah bulan). Setengah bulan sisanya, aku bertahan hidup dengan cara jadi peserta seminar cuma buat dapet snack gratis, dan pinjem temen 100ribu buat makan di burjoan atau beli Energen buat sarapan sampai makan siang.

Finansial mahasiswa emang menyedihkan sekali. Pokoknya mau keluar duit buat hura-hura, beli ini-itu rasanya eman-eman bingit. Mau minta lagi, ya nggak enak. Jadi kalo bukan anak konglomerat yang di rumahnya minimal punya 2 biji mobil, bisa dipastikan semua mahasiswa kos punya jenis kehidupan yang sama. 

Bebas, boros dan melarat. " 

"... But still, that kind of college's life is my favorite part of life (till now)" 

Sekarang, aku menjadi mahasiswa lagi. Kembali ke dunia perkuliahan yang selalu kurindukan sejak aku resmi diwisuda setahun yang lalu.  

Tapi bagaimana pun, setelah setahun pasti ada yang berubah. Yang paling terasa adalah: uang kuliah naik 2x lipat dan uang kos naik 30%. 

Selama satu tahun ini aku bekerja. Rasanya kebalikan dari masa kuliah.

Aku bekerja di Jogja. Di Jogja aku nggak perlu nge-kos, bajuku nggak perlu ngelaundry, nggak perlu beli makan. nggak perlu naik angkot. 

FREE. Semua kebutuhan primerku ditanggung. 

PLUS aku berpenghasilan sendiri. Jadi murni, fee dari selama aku bekerja adalah untukku sendiri, bukan buat kebutuhan hidup. KURANG BAHAGIA APA?


Lalu kenapa aku milih buat kuliah?
Yeah, alasan 'favorit' tetaplah menjadi nomer satu. 

Terus, masih ada kaitannya berbakti sama orang tua. My parents want me to be a teacher like them. 

Selain itu, ada hubungannya dengan masa depan... 
Aku pernah membayangkan tentang hidupku kalau aku punya keluarga. Kehidupan keluarga yang aku idamkan adalah I spent many times for my kids, nganterin anak2kku sekolah, bikinin sarapan pagi, jemput sekolah, makan siang bareng, dateng ke acara sekolahnya, dan lain-lain. 

Dan profesi pertama yang kupikirkan adalah menjadi Dosen, dan jalan menuju menjadi seorang dosen adalah kuliah terus sampai kualifikasiku memenuhi. So, here I am. Kuliah lagi. Ngekos lagi. Nyatet lagi. Tanda tangan presensi lagi.

Yang berbeda lagi masa kuliah sekarang dengan yang dulu, selagi aku kuliah sekarang (memasuki 2 minggu kuliah). aku bolak-balik Jogja-Solo. Kerja-Ngampus. 

I need to survive, Dude. 

Aku nggak mau jadi mahasiswa yang melarat, itu jawaban jujurnya. Terus, kenapa aku rela bolak-balik Jogja-Solo, padahal kerjaan juga banyak di Solo? 

Because I want and I have a reason in the next post. :) 

Comments

Popular posts from this blog

SAYA DEAL DONE!

[CERPEN] Bagimu, Kita Hanyalah Dua Orang Asing

Sifat Penting yang Harus Dimiliki Pekerja: Gelas Kosong & Baby Eyes