BACK TO THE PAST [Zulaikha Amalia Siregar]
Judul: Dendam
Cahaya matahari
menerobos masuk melewati celah-celah tirai yang terdapat di kamar Diego, hal
itu membuat Diego terbangun dari tidurnya. Badannya lelah luar biasa karena
‘kegiatan’ yang dilakukannya semalam bersama Cassandra, wanita yang baru
dipacarinya seminggu yang lalu. Diego kemudian memutar tubuhnya menghadap
Cassandra yang masih terlelap. Diego memandangi Cassandra yang tubuhnya hanya
terbungkus dengan selimut, lalu Diego menyentuh wajah Cassandra lembut, wajah
yang sempurna. Hidung mancung, kulit wajah yang putih merona dan mulus tanpa
jerawat, alis mata yang tebal dan bibir merah muda yang tipis, benar-benar
sempurna dan menggoda. Sedetik kemudian, untuk kesekian kalinya Diego mengecup
bibir Cassandra.
Diego mengangguk. “Kalau aku belum
bangun, siapa yang baru saja menciummu, ha?”
“Aku masih mengantuk. Aku ingin tidur
lagi.” Ujar Cassandra seraya memejamkan kembali matanya.
“Ya tidurlah, aku ke bawah dulu. Haus.”
Diego bangkit dari tempat tidurnya dan
mengenakan busananya yang tercecer di lantai. Setelah ia selesai memakai baju
dan celananya, Diego melihat ke arah Cassandra. Ia tersenyum puas, puas karena
berhasil ‘melumat’ seluruh tubuh Cassandra dan puas karena hal yang waktu yang
dinantikannya akan tiba. Saat Diego berada di tangga, sesuatu terjatuh dari
saku celanyanya, sebuah kalung perak yang terukir sebuah nama. Mata Diego
berkaca-kaca, lalu memasukkan kalung itu ke dalam saku.
“Maaf.” Gumamnya sepelan mungkin.
Diego
menghabiskan air es sebanyak dua liter yang tersedia di kulkasnya. Diego merasa
gelisah. Ia merasa sesuatu yang akan dilakukannya adalah hal yang salah. Ia
mondar-mandir di dapurnya, rasa gelisah itu masih ada. Berulang-ulang ia
menampikkan rasa gelisahnya itu, namun hasilnya nihil. “Inilah waktu yang kutunggu, tidak boleh ada perasaan apapun. Tak ada
gunanya hidup dengan kebaikan, semua orang yang hidup sudah berubah menjadi
bangsat, begitupun aku”, pekiknya dalam hati. Ia menutup matanya untuk
memantapkan hati. Diego mengambil kalung dari sakunya, menciumnya dan
memasukkannya kembali ke dalam saku.
Brakk!!!
Pintu kamar sengaja didobrak oleh Diego sekuat tenaga, membuat Cassandra
terbangun saking terkejutnya.
“Ada apa, Darl? Dan.. untuk apa kau membawa pisau pemotong daging itu?” tanya
Cassandra.
“Untuk membunuhmu.” Jawab Diego sambil
menatap Cassandra tajam.
Cassandra menarik selimut untuk menutupi
seluruh tubuhnya, ia takut dengan tatapan Diego.
“A.. apa salahku? Aku selalu menuruti
keinginanmu termasuk tidur bersamamu. Aku tidak punya salah, Darl.” ujar Cassandra membela diri.
“Ya benar, kata-katamu memang semuanya
benar. Tapi.. apa kau ingat dengan ini?” Diego mengeluarkan kalung perak dari
sakunya.
Cassandra tercenung melihat kalung perak
yang terukir nama ‘Rinjani” yang di tangan Diego.
“Ri.. Rinjani?”
“Ya Rinjani! Kau ingat? Rival yang
selalu mengalahkanmu,yang selalu kau hina padahal ia selalu bersikap baik
kepadamu, yang kau dorong dari lantai lima hingga tewas. Kau ingat?!” Nada
suara Diego mengeras dan dadanya naik turun.
“Itu bukan kesalahanku.... Aku tidak
mendorongnya, dia terjatuh sendiri. Bukankah sudah kujelaskan di polisi saat
aku menjadi saksi kejadian. Lagi pula, kau ini ada hubungan apa dengan Rinjani?
Itu hanya kecelakaan.”
Prak! Diego menampar Cassandra. “Aku calon tunangannya! Akulah saksi sebenarnya! Aku melihat semuanya, saat kau
mendorongnya dan kau berpura-pura menangis. Aku melihatnya! Kau iri dengan
jabatan yang baru ia dapat, karena jabatan itu sangat kau inginkan. Kau iri
dengannya, karena kau selalu kalah darinya, iya, kan?!”
Cassandra terdiam, perlahan ia
mengangkat kepalanya, memeberanikan diri untuk menatap Diego.
“Aku, aku minta maaf, Darl. Waktu itu aku benar-benar tak
sengaja melakukannya. Aku hanya ingin...”
Seketika cipratan darah keluar dan mengenai
Diego, kasur dan dindingnya. Ia baru saja menebas leher wanita telanjang yang
ia cumbu semalam dan sekarang ia merasa puas sudah menuntaskan dendamnya. Ditatapnya
kalung yang terukir nama Rinjani tadi smabil tersenyum.
“Aku datang, Rinjani.” Kemudian Diego
mengiris pergelangan tangannya.
haduh endingnya serem
ReplyDeletewow ._. serem tpai keren :) semoga menang ya ^^ salam kenal :)
ReplyDelete