Tanggung Jawab

Beberapa tahun yang lalu, dalam suasana yang sama, air mata mengalir dengan mudahnya. Tidak ada rasa malu yang ditanggung, karena adalah hal yang wajar, menangis saat kita berpisah dengan orangtua yang jika Tuhan mengizinkan mereka akan bertemu lagi dan itu pun entah kapan waktunya. 
Sekarang, memang tidak ada air mata yang keluar. Berkali-kali kulihat ia menghentakan napasnya kuat. Lama kuperhatikan raut wajahnya yang sendu saat ia menciumi wajah ibu dan ayahnya yang hendak 'pergi' itu. "Ubahlah sikap belajarmu selama ini. Ayah yakin kamu bisa." ujar ayahnya. Dia hanya mengangguk. Aku tak yakin dia benar-benar 'memahami' kalimat yang dilontarkan kepadanya barusan.
Tak lama kemudian, kudapati diriku tersenyum melihatnya. Akhirnya aku tahu, apa yang membuatnya sedemikian kusut. Ia ditinggalkan sesuatu yang besar oleh orang tuanya. Sesuatu yang sebenarnya untuk kebaikannya di masa mendatang nanti. Sesuatu yang membutuhkan kesunguhan dan katekunan. Dia ditinggalakan tanggung jawab atas dirinya sendiri. Tanggung jawab untuk hidupnya yang saat ini menurutku semerawut. Jadi, itulah tanggung jawab yang harus diembannya saat ini. 

Comments

Popular posts from this blog

SAYA DEAL DONE!

[CERPEN] Bagimu, Kita Hanyalah Dua Orang Asing

Sifat Penting yang Harus Dimiliki Pekerja: Gelas Kosong & Baby Eyes