surat cinta.
Aku pikir, dia juga merasakan hal yang sama denganku. Dia tahu bahwa aku sangat mengagguminya, dan mungkin dia juga sangat menyukaiku.
Hubungan kami seperti pada mata pelajaran Biologi yang dinamakan Simbiosis Mutualisme. Kami membutuhkan satu sama lain, dan tak ada satu pun yang merasa dirugikan atau tersakiti.
Hubungan kami seperti pada mata pelajaran Biologi yang dinamakan Simbiosis Mutualisme. Kami membutuhkan satu sama lain, dan tak ada satu pun yang merasa dirugikan atau tersakiti.
Dia bertubuh tinggi dan memiliki badan yang proposional. Bahunya yang lebar membuatku selalu berfantasi untuk bisa bersandar padanya. Pasti sangat nyaman dan menenangkan. Setiap tersenyum, ia selalu menampakkan lesung pipi yang sungguh manis. Dan seketika itu pula, kurasa jantungku berhenti berdetak.
Visual?
Bagiku visual bukanlah ukuran untuk membuat kita tertarik pada seseorang. Selama ia berpakaian rapi dan mampu merawat diri, itu membuatnya menjadi orang yang pantas untuk dikagumi. Aku sangat menyukai orang yang berpakaian rapi dan memperhatikan penampilannya. Aku bisa menyukai seseorang walau tampangnya biasa saja, namun tidak untuk lelakiku, karena dia jauh dari biasa. Dirinya sangat tampan dan sangat keren!
Kadang ia melakukan satu hal yang sangat tidak lazim dilakukan lelaki. Dia berakting dan berekspresi seperti seorang wanita centil dan dia sangat mahir melakukannya. Dia membuat ekspresi yang paling lucu yang pernah kulihat. Setelah melakukan itu, ia akan sangat malu karena pipinya memerah seolah hal lucu tadi dilakukannya tanpa sengaja. Aku tidak bisa menahan diri, antara ikut malu dan gemas dengan sikapnya.
Satu ketika dia pernah berkata padaku, “Gunakan aku sebagai inspirasi untuk mencintai dirimu sendiri, karena aku melakukan hal yang sama. Aku selalu mengingatmu dan aku mencintai diriku sendiri karena dirimu…”
Saat ia mengatakan itu, hatiku tersentuh. Tentu saja aku tak bisa menahan air mataku. Sejak itu, ia menjadi sumber inpirasiku, menjadi penyemangat. Aku selalu mendapat pesan positif darinya.
Aku senang sekali bisa mengenalnya, aku juga sedih kenapa aku tak mengenalnya jauh-jauh hari sebelum ini. Aku mencintainya, karena dirinya bisa membuatku menjadi orang yang lebih baik dan mencintai diri sendiri. Aku mencintainya.
Aku senang sekali bisa mengenalnya, aku juga sedih kenapa aku tak mengenalnya jauh-jauh hari sebelum ini. Aku mencintainya, karena dirinya bisa membuatku menjadi orang yang lebih baik dan mencintai diri sendiri. Aku mencintainya.
Dia selalu menjadi penghiburku, ia memiliki selera humor yang bagus. Ia selalu tersenyum dan dengan bangga menyebut-nyebut namaku di muka umum. Aku pun begitu, meski terkadang aku malu untuk mengungkapkan seberapa besar diriku mengangguminya, namun dalam hatiku yang paling dalam dirinya adalah separuh aku. Aku tidak bisa sepertinya, yang tak pernah malu mengungkapkan perasaannya padaku pada banyak orang. Ah, aku merasa seperti bukan gadis yang baik untuknya.
Satu hal darinya yang menawanku adalah ketika melihat dirinya aku selalu bisa merasakan ketulusan. Tatap matanya yang tulus mampu menembus jantung merengkuhku sehingga mampu membuat seluruh jiwaku menghangat. Dia tidak pernah berpura-pura, setidaknya ia selalu mencoba untuk baik-baik saja di hadapanku. Walau aku tahu, mungkin terkadang ia merasa sedih atau tertekan, dan aku selalu berharap jika ia merasakannya dia bisa berdamai dengan perasan itu dan segera merasa baik-baik saja.
Aku selalu salut dengan orang yang mampu mencintai seseorang dalam waktu yang lama. Bagaimana sesorang bisa mencintai seorang yang tidak ia miliki selama bertahun-tahun?
Perasaan ini… entahlah, aku tidak tahu akan bertahan seberapa lama, aku tak pernah mencintai seorang dalam waktu yang lama. Aku sudah mengenalnya sejak lima bulan yang lalu, dan aku tak berharap untuk berhenti. Walau kami pada saatnya nanti memiliki teman hidup masing-masing.
Memilikinya adalah mimpi paling besar dan masuk dalam daftar nomer satu pada hal-hal yang tidak mungkin terjadi pada diriku. Tapi kenyataan bahwa kami saling menganggumi itu sudah cukup.
Seperti jatuh cinta pada umumnya. Aku banyak menghabiskan waktu untuk dirinya. Dan dia tahu itu, pada satu waktu ia pernah mengatakan padaku untuk fokus pada kegiatanku, namun harusnya dia tahu itu tidak akan bisa.
Pada akhirnya, aku akan selalu berterima kasih kepadanya. Karena dirinya, aku menjadi orang yang lebih baik dan memandang dunia dengan segala kebaikannya. Tak apa jika kami tidak bisa saling memiliki, namun aku tak pernah diperlakukan sebaik ini oleh orang yang menganggumiku.
Comments
Post a Comment