Spam

Beberapa hari yang lalu, aku dan teman-teman sekelasku menerima hasil tes psikologi yang kami lakukan beberapa minggu yang lalu. Hasilnya... ya seperi itulah, tak mengubah hidupku yang penuh dengan 'abu-abu' ini. Tapi kelihatannya ada beberapa temanku yang shock melihat hasil yang mereka terima. Pasalnya, beberapa hasil tes benar-benar di luar dugaan mereka. Dan orang itu termasuk teman sebangkuku. Di ambang kegalauannya hari itu, dia bertanya kepadaku. "Kamu bener-bener mantep Psikologi, Gar?" Waktu itu aku berpikir sejenak. "Ya." jawabku akhirnya.

Quality time-ku itu ada saat aku mengendarai sepeda motor. Aku mendapat inspirasi, pemikiran-pemikiran atau sekedar mengingat sesuatu ketika aku mengendarai sepeda motor. Seperti hari itu, tiba-tiba terbesit dalam ingatanku tentang perkataan seseorang. "Jangankan masuk Psikologi, kalo dia (aku) bisa masuk universitas negeri, aku bakal melakukan apapun untuknya (aku)" Sebenarnya bukan begitu perkataan aslinya, yang jelasnya lebih menusuk dan lebih menyakitkan. Hanya saja... aku malas untuk menulisnya, apapun alasannya.
Oke, kembali ke topik, sedih ya sedih. Seolah-olah kita tidak mempunyai harapan lagi. Terkesan kita tidak dipercaya lagi. Seperti hanya KEAJAIBAN sajalah yang dapat membuatku masuk ke PTN atau Fak. Psikologi. Dan efek kata-kata itu cukup mempengaruhi mentalku, sedikit. Yaaa bagaimanapun rasanya normal jika jiwaku merasa sedikit terguncang.

Di saat teman-temanku bingung memilih jurusan, aku malah masih bingung dengan cara masuk PTN. Pilihanku sudah mantap, tapi tentu saja masih diperjuangkan. Dilihat dari proses belajarku selama ini.. rasanya memang pantas jika orang tadi mengatakan bahwa ia akan melakukan apapun jika aku masuk PTN. Karena ia berkata sesuai dengan apa yang ia lihat selama ini, dan itu membuatku... !#%!!!!Q%!~!@#>?<" sekali._. Jika mengingat hal itu, aku rasanya tertampar. Sakitnya lumayan, bisa mengalihkan pikiranku yang tadinya selalu berpikir 'cara move on' menjadi 'cara masuk PTN'. Namun pengalihan pikiran itu hanya berlaku beberapa hari, paling lama 2 minggu. Setelah 2 minggu berlalu, kehidupan 'normal'-ku kembali.

Untuk apa kita mempunyai tekad jika kita tidak memiliki kemampuan? Kata-kata itu sering sekali singgah dalam kepalaku. Bahkan barusan, aku sempat mengentikan ketikanku karena aku baru saja menulis kalimat itu.

Sejujurnya, aku takut. Aku takut memperjuangkan tekadku. Aku takut jatuh dan gagal lagi. Aku takut melihat semua orang menatapku kecewa.

Sekali lagi, aku harus mengilangkan perasaan burukku. Aku harus berpikir jernih, sekarang juga. Tekadku lebih besar dari rasa takut yang kumiliki. Seharusnya tekad itu dapat mengalahkan perasaan takut. Jadi, selagi aku mempersiapkan diri untuk bertarung. Perlahan, keajaiban juga pasti akan datang kepadaku, karena..."keajaiban akan datang saat kita merasa siap dengan apa yang akan kita hadapi."-Anonim

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

SAYA DEAL DONE!

[CERPEN] Bagimu, Kita Hanyalah Dua Orang Asing

Sifat Penting yang Harus Dimiliki Pekerja: Gelas Kosong & Baby Eyes