[CERPEN] Seperti Kemarin


Dia nge-chat nggak, ya?
Aku melirik smartphone yang sengaja kuletak bersebelahan dengan laptop agar mudah untuk memantaunya ketika ada yang menghubungi. Smartphone itu selalu  ku-set dengan mode silent agar ketika bekerja aku tak terganggu dengan deringnya. Namun kali ini, keheningan dari benda itu justru membuatku cemas, pikiranku enggan fokus pada pekerjaan seabrek yang ada di depan mata, dari tadi yang kulakukan hanyalah melirik, mengecek smartphone kemudian kecewa karena dia tak kunjung menghubungiku. 

Aku kembali pada pekerjaanku, tetapi dirinya di pikiranku tak mau berbagi dengan hal lain, pikiranku sedang ingin “bermain-main” dengannya. Aku juga! Tapi dia ke mana? 

Dengan sedikit harapan aku mengecek smartphone kembali, yang kudapati hanyalah pesan tak mutu dari grup chatting. 

Pasti dia lagi sibuk dengan futsal-nya, sampai lupa waktu. Hah. Selalu begitu!
Kadang aku kesal juga dibuatnya. Ia sering lupa waktu jika melakukan sesuatu yang digemarinya dan kalau sudah begitu ia pun melupakanku, padahal sesibuk apapun dengan urusanku, selalu ada tempat untuknya di pikiranku. 

Kali ini aku meletakkan smartphone-ku jauh dari laptop, jauh dari pandanganku. Agar mataku tak selalu meliriknya. 

Oke, sekarang fokus, ya! 

Aku mengerjakan pekerjaanku dengan serius, sampai akhirnya pikiranku buntu dan lagi-lagi aku tak bisa menahan diri untuk tidak mengecek smartphone. Hanya ada satu chat di sana, dari Hani, sahabatku. Sekarang nama Hani ada di list teratas, padahal biasanya nama “orang yang entah ke mana” itu selalu berada di nomer 1 pada aplikasi chatting manapun.

“Lea, kamu baik-baik aja, kan? Lagi apa? Udah makan? Bales dong, semua khawatir sama kamu, Le.”  

Aku tak membalas pesan Hani, perasaanku sudah dipenuhi rasa kecewa.

Aku kembali ke meja kerja, meratapi layar 15 inchi yang ada di hadapanku. 
“Kamu bener-bener udah nggak ada, ya..” ujar pikiranku entah dari bagian mana.
Bagian lain dari pikiranku hanya diam tak membalas. 

Aku membaca ulang chat terakhir darimu.
“Aku futsal-an dulu, ya :) Will be back soon to you :*”

Coba katakan apa yang harus kulakukan selain menunggumu, yang katanya akan segera kembali untukku? 

Air menggenang di pelupuk mata, dengan satu kedipan air mata sudah membasahi kedua pipiku. Dadaku mendadak sesak dan rasanya sakit sekali. 

Sadarlah, Le! Dia sudah pergi!

Aku membenamkan wajah ke bantal kemudian menangis, menangis sampai lelah, menangis sampai air mataku tidak bisa keluar lagi. Seperti kemarin.  

Comments

Popular posts from this blog

SAYA DEAL DONE!

[CERPEN] Bagimu, Kita Hanyalah Dua Orang Asing

Sifat Penting yang Harus Dimiliki Pekerja: Gelas Kosong & Baby Eyes