[ASAL REVIEW] O, karya Eka Kurniawan




Judul      : O
Penulis : Eka Kurniawan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Maret 2016
Harga : Rp99.000,00
Tebal : 496 halaman
Ukuran : 14 x 21 cm
Cover : Softcover
ISBN : 978-602-03-2559-0

“Kau tahu kenapa ayahmu almarhum memberimu nama yang lucu itu? Nama yang pendek? Hanya satu huruf?” tanya ibunya. Si gadis menggeleng. “Itu untuk mengingatkan betapa hidup ini tak lebih dari satu lingkaran. Yang lahir akan mati. Yang terbit di timur akan tenggelam di barat, dan muncul lagi di timur. Yang sedih akan bahagia, dan yang bahagia suatu hari akan bertemu sesuatu yang sedih, sebelum kembali bahagia. Dunia itu berputar, semesta ini bulat. Seperti namamu, O.” –Hal. 418

Sebenarnya, sudah sejak 27 November aku selesai membaca novel ini. Tapi, dikarenakan aku wanita sosialita dermawan yang kerjaannya nggak hanya hura-hura tetapi juga memikirkan kepentingan kesejahtreaan negara,  membuatku sulit untuk menulis review secepatnya. Baru sebulan setelahnya aku bisa menulis review-nya, itu juga mencuri-curi waktu.

Jadi, mari kita langsung ke intinya.


Ini pertama kalinya aku membaca karya Eka Kurniawan. Sebelumnya aku merasa otakku nggak bakal kuat kalo baca buku sastrawan yang karyanya udah mendunia. Karena itu aku nggak pernah tertarik dengan Eka Kurniawan. Sampai aku terpengaruh oleh Bang Bara yang merekomendasikan O ini. Meninjau sana-sini, mencari tahu, apakah O cocok dibaca untuk orang yang enggan membaca tulisan yang bikin geger otak alias puitis dan penuh dengan kata-kata yang hanya bisa ditemukan di KBBI. Untungnya menurut review goodreads.com yang kubaca, O bukan hanya menarik untuk penggemar sastra atau karya Eka Kurniawan, tetapi untuk semua pembaca, bahkan pembaca cemen sepertiku.

Ada beberapa catatan yang kutulis selama membaca O:

Satu, O mengangkat latar tokoh yang jarang dijadikan tema oleh kebanyakan penulis yang kubaca. Menceritakan tentang sisi kehidupan orang-orang yang tak mendapat 'panggung'. Baik di dunia nyata maupun, maupun di sebuah karya. Kehidupan yang menuh dengan hal-hal negatif.  Untuk pemilihan tokoh, aku bisa katakan Eka Kurniawan sangat JENIUS. Alur yang berantakan, justru membuatku ingin tahu  kisah yang dibawa oleh masing-masing tokoh.  Eka Kurniawan bikin penasaran sekaligus geregetan karena mengangkat konflik yang berbeda tiap tokohnya. Kisah-kisah dari mereka pun tak ada yang mengecewakanku. Ditambah lagi, fokus utama cerita, yaitu si O, masih bisa diceritakan secara ciamik. Setelah aku berlarut-larut dalam satu kisah tokoh lain di novel itu, lembar berikutnya aku ditarik kembali untuk menjalani kisah O. Entah sihir apa yang digunakan Eka Kurniawan, tetapi aku sangat menikmati tiap kata yang ditulis olehnya. Cerita tentang tokoh apa pun dalam O.

Dua, O sangat kental dengan kesan satire-nya. Satire, seperti mengejak atau menyindir pihak tertentu. Mengungkapkan banyak realita dalam kehidupan nyata yang seringnya kita abaikan. Tentang kehidupan ironis bagaimana dalam kenyataannnya manusia memperlakukan manusia lain, atau bagaimana manusia memandang binatang. Kebanyakan realita yang digambarkan adalah sesuatu yang tanpa disadari kita anggap wajar. Hal yang terjadi karena kita, khususnya orang Indonesia memang orang-orang yang memiliki tingkat kepedulian rendah. Umpatan dan kata-kata kasar bertebaran pada O. Kasar tapi benar.

Tiga, ketika membaca O, kadang aku sulit membedakan ucapan dan sikap antara manusia dan binatang. Keduanya memiliki bahasa dan gelagat yang sama-sama kasar dan sarkasme. Mungkin memang begitulah kenyatannya  Karena kerasnya kehidupan, membuat manusia menjadi makhluk barbar. Menjadi manusia lebih persis seperti binatang. Lucunya, dalam O justru binatang yang menerepkan nilai-nilai budi luhur manusia. Jadi sebenarnya mana yang hewan, mana yang manusia?

Empat, harus kuakui, O bukan novel yang bisa menyentuh hati secara langsung. O tidak berisi tentang cerita menye-menye mengharukan yang memiliki akhir bahagia. O juga bukan cerita yang memiliki akhir tragis. Satu-satunya tokoh yang mati dalam cerita hanyalah seorang anjing jalanan yang sebelumnya hampir mati kalau bukan karena diselamatkan oleh seorang wanita. Membaca O, menyentil logika dan membuka mata dan pikiran terhadap hal-hal yang belum pernah kutemui secara langsung. Dan ujungnya akan membuat emosi terguncang.

Lima, aku memberi ★★★★★ untuk O. Karena apa? Karena O membuatku ingin membaca karya Eka Kurniawan yang lain.

Comments

Popular posts from this blog

SAYA DEAL DONE!

[CERPEN] Bagimu, Kita Hanyalah Dua Orang Asing

Sifat Penting yang Harus Dimiliki Pekerja: Gelas Kosong & Baby Eyes