HARBOLNAS CERIA

Seminggu menuju 2017, postingan bulan Desember-ku hanya dua biji. Itu juga satunya karena ikut tantangan menulis, yang berakhir mengenaskan karena walau hadiahnya sudah ditambah tetap saja tulisanku nggak terpilih. 
Padahal aku sudah berjanji pada diri sendiri. Harbolnas usai, aku ingin memposting banyak hal. Aku juga udah janji, kalau aku nggak boleh baca novel sebelum menulis dan memposting review novel yang baru kubaca.  

Tapi emang ya, apa-apanya yang dilakukan sama diri sendiri itu susah banget. Janji sama diri sendiri. Bohong sama diri sendiri. Pacaran sama diri sendiri. Susah. Semua susah.
Mana janji manismuuu~~

Dan akhirnya tweet di atas hanya menjadi salah satu dari 1000 janji yang tidak ditepati.😞
Seketika aku menjadi penulis yang nggak kece banget. Lagi-lagi mengingkari diri. Batal nulis gegara kesibukan. 

Belum lagi, tentang Si Lepo yang ngambek.
Ini yang bikin sedih tingkat bidadari khayangan. Lepo itu terkenal sebagai laptop yang tangguh. Selama tiga tahun perjalananku dengannya rasanya selama ini dia baik-baik saja. Tapi tepat setelah Harbolnas dan aku ngetweet tentang rencanaku nge-blog, si Lepo langsung mati tak sadarkan diri hingga saat ini, seminggu setelahnya. Lepo seolah-olah ingin beristirahat setelah berkerja keras. Lepo tidak mau disuruh kerja paksa oleh tuannya. Lepo lelah. Aku sedih dan merasa bersalah. πŸ˜₯

Coba semua barang bisa ngomong, aku kan jadi tahu apa maunya mereka tanpa harus rusak dulu.

Anyway,  
Tanganku tetep aja gatel. Pengen nulis tiap lihat halaman blog.

Jadi, mencuri-curi waktu istirahat kantor, aku memutuskan untuk memposting sesuatu. Postingan yang nggak perlu Lepo (karena kebanyakan draf tulisanku ada di Lepo). Aku akan menulis tentang Harbolnas tanggal 12-14 Desember kemarin di tempatku mencari nafkah._. 

Jadi siapa sebenarnya sosok Harbolnas yang bikin Lepo ngambek sampai terancam mati hingga berhari-hari ini?

Ada yang bilang Harbolnas itu kependekan dari "Hari Bolos Nasional", "Hari Bolong Nasional", "Hari Bola Nasional" dan yang terakhir "Hari Be'ol Nasional." 

Yang mana arti Harbolnas sebenarnya?

Warga Indonesia nggak perlu Hari Bolos Nasional untuk malas-malasan, karena pada dasarnya manusia itu memang pemalas.

Aku juga nggak perlu Hari Bolong Nasional, karena setiap hari hatiku emang bolong, nggak ada yang ngisi. HIKS.

Hari Bola Nasional, mungkin ini kepanjangan paling waras yang kutemui, tapi tetap aja salah. Harbolnas bukan Hari Bola Nasional, walaupun kayaknya boleh juga tuh diadakan. Mengingat antusiasme warga Indonesia yang gila bola.

APA?!! JADI HARBOLNAS ITU HARI BE'OL NASIONAL??? 😣

BUKAAN BUKAAAN...! Yang bener aja! Bisa-bisa limbah pembuangannya sampe ke jalan raya kalo tiga hari penuh disuruh buang air besar dalam rangka Hari Be'ol Nasional. πŸ˜“
Etapi ngomong-ngomomg, limbah pembuangan air besar harian kita ditransfer ke mana ya? Aku taunya smape wc, duduk, keluar terus disiram. Perjalanannya setelah itu nggak pernah tahu._. Ada yang tahu?

Oke back to topic. 

Jeng Jeng Jeng.... Kepanjangan Harbolnas sesunggunya adalaaaah.... Hari Belanja Online Nasional...! Yey...!

Itu semacam celebrate sale-nya toko online atau marketplace semacam LapakBuka, Dazala, Pediatoko dan lain-lain. Nah, berhubung aku bekerja di salah satu tempat yang menyediakan transaksi online, jadilah kantorku tueut serta dalam memeriahkan Harbolnas yang notebene-nya merupakan pesta buat konsumen dan buat para penjual online.

Well, di persiapan sebelum hari H udah aku ceritain di postingan sebelum-sebelumnya. Sekarang aku mau cerita hari H-nya. Hari H nggak kalah geger sama persiapannya. 

Mba-mba di kantor malah ada yang bela-belain nginep demi tercapainya sebuah keberhasilan yang gemilang.  

Hari pertama euforianya belum terlalu ON, mungkin karena pengaruh tanggal merah , jadi lebih banyak yang liburan daripada ngecek sosmed. 

Hari kedua mulai menggila. Orderan banyak, transferan banyak, komentar bejibun. Hari itu aku sadar, bahwa ternyata masyarakat Indonesia bisa se-konsumtif itu. Di hari kedua, aku juga mulai anarki.  Gebrak-gebrak meja dan teriak-teriak berbekal suara yang pengennya serak-serak merdu ala Dewi Persik, tapi yang jenis suara yang keluar ketika aku teriak adalah yang serak-serak basah air comberan.

Hari ketiga semuanya EDAN. Di hari ketiga aku memutuskan untuk menginap. Apapun ending-nya pokoknya aku ikut merasakan, pikirku.  Karena hari terakhir, makin banyak yang pesan. Semua tim beralih melayani pelanggan. Nggak lupa juga teriak-teriak dan gebrak-gebrak meja sampai pergantian hari. 

Dan alhamdulillah berakhir dengan menyenangkan. 😚

Seneng banget, sih. 
Ritme kerjanya kece abis! Ceria, semangat dan optimis di masing-masing individu juga JOSS...!
Ini sih, yang aku cari-cari dari sebuah proses dalam mencapai sesuatu.... #wussssh. Bisa tetep jaga mood baik di segala waktu. Tanpa ada yang pasang mimik "senggol bacok". Jadi sebesar apapun masalah, bisa terselesaikan dengan kepala dingin. Walaupun pada kenyatannya nggak gitu juga. HEHEHE.

Intinya aku bahagia. Saking bahagianya sampe lupa waktu. Sampe gendut. Sampe nggak butuh pacar lagi buat bahagiain. HIHIHIπŸ’œπŸ’šπŸ’› 

WE ARE THE EXTRAORDINARY TEAM😎😎😎

Comments

Popular posts from this blog

SAYA DEAL DONE!

[CERPEN] Bagimu, Kita Hanyalah Dua Orang Asing

Sifat Penting yang Harus Dimiliki Pekerja: Gelas Kosong & Baby Eyes