Teknik Mudah Menghadapi Orang Lain (Dari Buku: How to Win Friends & Influence People)

Bagi sebagian manusia, bersosialisasi dengan sesama merupakan suatu hal yang sulit untuk dilakukan, yang mungkin perlu diniatkan beberapa waktu sebelumnya. Mereka harus mengumpulkan energi lebih dulu untuk bertemu, mengobrol, bersikap ramah atau untuk sekedar tersenyum. Orang-orang yang paling capek jiwanya ketika habis presentasi, habis rapat, atau habis teleponan berjam-jam. Mereka menyebut dirinya seorang introvert.

Orang-orang introvert anti banget melakukan hal-hal impulsif yang berhubungan dengan manusia, contohnya tiba-tiba diajak ngopi bersepuluh orang atau ketemu dengan calon mertua. Kalau mau ngajakin pergi, ajaklah mereka jauh-jauh hari. Jangan mendadak. 

Tapi, kadang kehidupan kan berjalan tidak sesuai dengan rencana. Kadang ada satu hal yang hanya datang satu kali, dan kalau kita melewatkannya maka kesempatan ini nggak akan ada lagi di hidup kita. 

Misalnya gini: partner kerjamu berencana untuk bertemu dengan calon vendor yang sudah diprospek cukup lama dan alot untuk mencapai kesepakatan. Ketemu santai aja, tapi dari pertemuan ini bisa bikin kesepakatan jadi nggak jadi, tergantung dengan sikap kita saat pertemuan ini. Lalu partner kerjamu udah mempersiapkan diri jauh-jauh hari, pas harinya tiba eh dia sakit tipes. dan kamu satu-satunya yang bisa diandalkan buat ketemu calon vendornya. 

Apa reaksi pertamamu ketika mengetahui bahwa kamulah yang harus berhadapan dengan si orang penting itu? 

Kalau saya, tentu saja mengumpat.
Habis mengumpat, hadapai kenyataan. Eh, istighfar dulu. Habis istighfar, hadapi kenyataan. 

Untungnya, saya belum pernah menghadapi hal kayak begini. Dan untungnya juga kalaupun saya harus menghadapi situasi seperti ini, saya sudah mengetahui tekniknya. Teknik dalam menghadapi orang dalam buku “How to Win Friends & Influence People” 

Teknik 1: Hindari SOK (salahkan, omeli, kritik)

"Alih-alih memarahi orang, daripada berusaha memahami mereka. Mari mencari tahu mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Itu jauh lebih penting dan menarik daripada kritik; dan itu menumbuhkan simpati, toleransi serta kebaikan. Mengetahui segalanya adalah memaafkan segalanya."

Dalam hal ini, saya lebih menyorot kepada satu hal: Kritik. 

Mungkin bagi beberapa orang kritik adalah sesuatu yang baik. Lalu pernyataan "kritik untuk membangun" dijadikan sebagai pembenaran untuk bebas mengkritik. Padahal, bisa saja kritik justru membuat seorang rubuh. 

“Kritik hanyalah sebuah kritik."  Dale Carnegie juga secara eksplisit mengisahkan orang-orang yang menjadi dendam dan berbuat tidak baik justru karena dirinya usai dikritik. 

Jadi hal pertama yang perlu diperhatikan dalam menghadapi orang adalah “Tahan mulut untuk mengkritik orang lain”. Sekalipun pilihan fashionnya norak yang baju merah, celana hijau kerudung kuning. Tahan. Pokoknya Tahan. 

Teknik 2: Beri Penghargaan yang Jujur dan Tulus 

Memberi penghargaan ini mengacu kepada hasrat/dorongan terdalam manusia dalam melakukan sesuatu. Menurut Dr. Dewey dorongan itu adalah hasrat untuk menjadi orang penting. 

Hasrat menjadi orang penting berasal dari pujian atau penghargaan yang kita terima. Semua orang, gak terkecuali saya. mengagungkan penghargaan, pujian terhadap setiap apa yang saya lakukan. Kenapa di dunia ini ada Grammy Award, Piala Oscar, Nobel dan lain-lain kalau bukan karena kita ingin dianggap sebagai orang yang penting. 

Jadi orang penting, derajat kita sebagai manusia naik satu level.

Kita menjadi manusia yang penting di ranah permusikan ketika dapet Grammy.
Kita menjadi manusia yang penting dalam dunia perfilman ketika menerima Piala Oscar.

Beda urusan kalau berhadapan sama makhluk hidup bernama manusia. Untuk membuat orang “menjadi penting” caranya nggak kebayangkan mudahnya. Saking mudahnya kadang kita nggak sadar bahwa ini sebenarnya cara yang bagus untuk menghadapi orang dan memenangkan hatinya; Beri penghargaan yang Jujur dan Tulus. 

Terlihat mudah, namun kita juga tahu mana yang jujur dan tulus mana yang enggak. 

Bisa dipastikan, pujian pasaran di dunia kewanitaan 

“Ih kamu cantik banget sihh…”
“Ih enggak lah, cantikan kamu lagi…” 

adalah salah satu pujian yang paling sedikit nilai ketulusan dan kejujurannya. Kebanyakan orang yang memuji orang lain cantik, sebenarnya ingin penampilannya  dikomentari juga. Ugly truth. 

Lalu, ada cara paling mudah untuk Jujur dan Tulus, itu adalah berhenti memikirkan diri sendiri. Benar-benar memperhatikan orang dengan baik, dan memikirkan hal-hal baik tentang dirinya, lalu menghargainya dengan pujian dari yang kita perhatikan. 

Akan berbeda rasanya, coba deh. 

Teknik 3: Beri Perhatian yang Sungguh Pada Orang Lain 

Melengkapi paragraf terakhir di prinsip kedua tentang menghargai orang dengan tulus dan jujur. Pesannya dalam prinsip ketiga dalam menghadapi orang adalah: Berhenti memikirkan diri sendiri dan mulai memperhatikan orang lain. 

Dalam buku diceritakan seperti ini kisahnya kalau berhubungan dengan manusia: ada seorang anak berusia yang tubuhnya kurus banget, dan seperti orang tua pada umumnya, ayah dan ibu dari anak ini mengomelinya, berkata “ayo makan nak, kami ingin kamu tumbuh besar.” 

Well, hasilnya juga seperti yang pada umumnya terjadi. Anaknya nggak bergeming, mana peduli dia yang masih usia 3 tahun dengan permintaan orangtuanya yang berusia 30 tahun. Smapai akhirnya, sang ayah sadar dan mulai berpikir “apa yang sebenarnya diinginkan anak saya? Bagaimana cara mengaitkan keinginan apa yang kuingin kan dengan keinginananya?” 

Lain waktu, ternyata anaknya suka diganggu oleh orang yang tubuhnya lebih besar darinya. Ia diganggu dan merebut sepedanya, dan ia selalu memanggil-manggil ibunya untuk membantunya. Setiap hari.

Dari kutipan cerita problematika pelik si anak setiap hari kita bisa menyimpulkan apa yang diinginkan anak itu. Ya, dia punya keinginan untuk suatu saat menjadi lebih kuat dan membalaskan dengan kepada yang menganggunya. 

Ketika ayahnya menjelaskan bahwa ia bisa saja membalas dendam dengan mudah, kalau saja ia mau makan makanan yang dianjurkan ibunya. 

Permasalahan makan selesai. Win-win solution. 

Nasihat bijak dari Profesor Overstreet “Pertama-tama, bangkitkan keinginan yang besar pada orang lain. Mereka yang bisa melakukannya memiliki seluruh dunia bersamanya. Mereka yang tidak bisa berjalan di jalan yang sepi.  



Comments

Popular posts from this blog

SAYA DEAL DONE!

[CERPEN] Bagimu, Kita Hanyalah Dua Orang Asing

Sifat Penting yang Harus Dimiliki Pekerja: Gelas Kosong & Baby Eyes