(Sepertinya) Penting

Kadang kamu nggak pernah tahu, bahwa apa yang kamu katakan atau perbuat kepada seseorang bisa berefek besar dalam hidupnya. Padahal itu mungkin hal-hal sepele dan kamu juga nggak mikir melakukannya. Tapi hal sepele itu bisa membekas di hati seseorang. Tanpa kamu sadari.

Selama 20 tahun, ada 2 orang yang omongannya bikin diriku merenung dan akhinya berubah, baik dalam bersikap maupun berpikir. Dua-duanya mungkin cuma asal ngomong, nggak punya tujuan apa-apa. Tapi efek omongan mereka berdua ini bikin aku inget sampe sekarang dan mengubah diriku.


1. Ermas Karuniawan


Teman lelaki semasa kuliah yang pemikirannya paling normal, tapi kadang rada gesrek apalagi kalau sudah mendekati deadline tugas. Tahun 2014, aku masih hits-hitsnya sambat (ngeluh) di media sosial, terutama twitter. Suatu hari, Ermas ngomong ke aku "Zul ini, sambat wae lho ning twitter!" (Zul ini, ngeluh aja sih di twitter!) 

Gara-gara dia bilang gitu, aku langsung cek history tweet. Emang isinya ngeluh semua. Dingin ngeluh, panas ngeluh, dosen nggak masuk ngeluh, dosen tepat waktu ngeluh, bahagia disempet-sempetin ngeluh. Patah hati galau, ngeluh.

Sejak doi komentar gitu, aku nggak pernah lagi ngeluh di twitter, soalnya ngeluhnya di Instagram. HAHAHA

Kagak deng kagak. Ya sejak doi ngomong gitu, aku instropeksi diri dong. Dan sejak saat itu nggak pernah lagi ngeluh. Mungkin sesekali iya, curhat di blog kadang nggak sengaja ngeluh, tapi ini udah berkurang jauh.

Apalagi sejak 2016 aku kerja di tempat yang notebene-nya "ngeluh itu haram". Sampai titik ini, aku bener-bener terbiasa untuk nggak ngeluh walau cuma membatin. Aku diajarkan untuk bersyukur dan mencari makna dari setiap kejadian, seburuk apapun itu. Alasannya ilmiah, otak kita bekerja berdasarkan alam bawah sadar, kalau alam bawah sadar kita 'dilatih' untuk mengerjakan hal-hal positif nanti outputnya juga positif. Hidup kita akan penuh dengan takdir yang baik dan makmur.

2. Mas Agung



Mas Agung ini, sungguh lelaki paling berengsek yang pernah kukenal, karena doi nggak pernah salah. Aku nggak pernah doyan adu argumen sama doi karena pasti aku bakal kalah dan aku nggak suka kalah. Tipe-tipe bad boy yang pinter, kadang konyol dan ngeselin.

Suatu hari, Mas Agung nanya "Mba Zul, suatu saat pengen tinggal di mana?" Diriku, waktu itu dengan santainya jawab "Lihat suamiku ntar tinggal di mana lah, Mas." Kemudian doi langsung mencerca dengan berbagai kata-kata. Doi bilang hidupku nggak guna. Doi bilang aku nggak punya impian. Doi bilang aku nggak hidup kalo tujuannya cuma ikut suami dan blablabbla. Hujatan-hujan lain yang bikin kuping panas.

Habis doi menghujat sesuka-sukanya. Malamnya aku mikir, dan mendapati diriku sepakat dengan hujatannya. Aku nggak boleh dong ikut-ikut suami, lagian suamiku siapa aja belum tahu. Dasar MAEMUNAH.

Aku sadar kalau haluan hidupku pas itu salah. Aku kudu punya tujuan hidup sendiri, nggak bisa ikut-ikut orang. Toh, hidup juga buat diri sendiri, kan?

Yah, sejak itu aku mulai merombak dan mulai bikin rencana-rencana buat hidupku. Mulai dari apa yang aku suka. Apa yang sedang dilakukan. Pengen jadi apa. Segala macem-segala macem.

Intinya, kamu nggak pernah tahu perlakuanmu ternyata bisa segitu berartinya buat orang lain. Perlakuan yang kamu anggap biasa aja dan sepele, ternyata bisa mengubah hidup orang lain. Kalau perkataan atau perbuatan baik aja bisa tertanam dengan mudah dalam diri seseorang, apalagi yang buruk? Mungkin kamu nggak tahu, tapi di sekitar kamu mungkin ada orang yang sedang sedih dan jadi tertekan karena omongan buruk yang sepele dari orang lain.

Karena itu juga, aku mulai mengurangi mengungkapkan kata-kata atau perbuatan yang sifatnya nggak membangun. Yang kalau dilakukan itu bakal sia-sia. Meskipun dalam keadaan santai.

Gosipin orang?
Banyak main, banyak nongkrong?
Beli hal-hal yang sebenernya nggak bermanfaat  atau dibutuhkan? 

Udah lama aku punya pemikiran it's useless. 
Daripada ngumpul dan gosipin orang, lebih baik ngobrolin tentang diri sendiri. Lebih baik saling curhat dan saling mengenal. Lebih baik ngobrolin impian masing-masing.
Daripada kongkow-kongkow sampai pagi, lebih baik pulang terus istirahat.
Daripada punya barang-barang yang cuma sekali dipake, lebih baik uangnya dipake buat ngebeliin hadiah buat ortu atau buat traktir temen. 

Comments

Popular posts from this blog

SAYA DEAL DONE!

[CERPEN] Bagimu, Kita Hanyalah Dua Orang Asing

Sifat Penting yang Harus Dimiliki Pekerja: Gelas Kosong & Baby Eyes