Do Re Mi

Baru saja Dodo hendak menegak minuman botolnya, tiba-tiba Mimi  menyambar botol berisi air putih itu.
“Hei!” Dodo menatap Mimi geram.
Mimi tersenyum jahil, tapi Dodo tetap saja menatap Mimi datar. Senyum Mimi memudar berubah menjadi muka masam.
“Biasa aja kali, Do.” Mimi mengembalikan botol minuman ke tangan Dodo dengan kasar.
            Dodo melihat punggung Mimi yang mulai pergi menjauhinya sambil mengegelengkan kepalanya beberapa kali.
“Berantem lagi?” tanya Rere yang datang tiba-tiba.
Dodo mengangguk. “Iya, taulah, dia emang enggak selalu gitu,”
Rere menepuk pundak Dodo lalu menyusul Mimi.
***
            “Mi, apa sebenarnya kamu sayang sama Dodo?” tanya Rere ragu-ragu.
Mimi tersentak. “Kelihatannya?”
“Entahlah, tak ada bedanya saat kalian dulu.”
“Kalau begitu, apa bedanya aku sama Dodo sama kamu sama Dodo?” tanya Mimi serius.
Rere membuang pandangannya. “Jelas, Dodo lebih menyayangimu daripada aku.”
Mimi mengetukkan jarinya di pundak Rere. “Aku rasa, Dodo lebih cocok denganmu, Re.” Lalu Mimi beranjak dari bangku taman di dekat rumah mereka, meninggalkan Rere yang pikirannya sedang mundur jauh ke belakang.
            Pikiran Rere dipenuhi dengan kenangan lamanya. Saat dimana ia masih berdua bermain dengan Dodo, saat mamanya menceritakan bahwa ia dan Dodo lahir di hari yang sama, sehingga nama panggilan mereka sengaja dibuat sama seperti tangga nada Fariztian Widodo dan Resya Nabila, Dodo dan Rere. Suatu hari, Dodo dan Rere kedatangan teman baru, Mia. Namun berjalannya waktu, Mia meminta agar dipanggil Mimi, alasannya ia ingin seperti Dodo dan Rere. Awalnya, Rere terima saja, tapi lama-lama ia menyadari, kalau Dodo lebih mementingkan Mimi daripada dirinya dan hal itu membuat Rere sangat marah sebenarnya, tapi ia bukan tipe orang yang mengeluarkan kemarahannya di depan orang, ia memilih untuk diam dan memendam semuanya sampai akhirnya Mimi dan Dodo berpacaran.
            “Eh Re! Ngelamun aja, ntar kesambet lho, hehehe.” suara Dodo memecahkan ingatan Rere.
“Huh! Kamu buat aku kaget aja! Enggak tau apa, aku lagi khusyuk ngelamun?” protes Rere.
Dodo merangkul Rere. “Hahahaha.. Emang kamu ngelamunin apa? Ngelamunin aku, ya?”
“Ah, mana mungkin! Ntar aku didatengin sama Mimi,” sahut Rere salah tingkah.
Dodo melepas rangkulannya. “Jangan bawa-bawa Mimi dulu deh, aku pengen nostalgia sama kamu, waktu Mimi belum dateng kita ngapain aja, ya?”
Mata Rere berbinar seketika, senyumnya mengembang, ia sangat merindukan saat-saat seperti ini. Saat hanya ada Dodo dan Rere.
“Eh, ni anak malah senyum-senyum enggak jelas, kamu udah mulai kesambet, Re. Re! Reeeereeeee!” Dodo berteriak di telinga Rere, membuat Rere terkejut setengah mati.
“Apaan sih Do? Enggak pake teriak-teriak juga kali.”
“Ya maaf, abisnya kamu sih, diajakin ngomong malah senyum,”
Rere tersenyum memandangi Dodo. Dodo tidak berubah, Dodo masih menjadi pengeran di hatinya.
“Tuh kan, senyum lagi. Re!”
“Ha? Iya?”
“Ah, kamu tuh yaaaaa, males deh ngomong sama orang linglung.” Dodo memajukan bibirnya.
“Hehe, maaf deh maaf.” Rere mengacak-acak rambut Dodo.
“Eh, sembarangan! Aku lebih tua dua menit dari kamu, dilarang megang kepalku, tauk.”
“Biariiin, weeek!” Rere berlari menjauhi Dodo yang siap mengelitikinya.
            Dari kejauhan, seseorang sedang merasakan ikatan yang sangat kuat antara sahabatnya dengan pacarnya sendiri, ikatan yang tak mudah untuk dilepas. Sambil menitikan air mata, orang itu meninggalkan taman membiarkan sahabat dan pacarnya berbahagia tanpanya.
***
            “Pak, Mimi di rumah, kan? Apa dia sakit? Kok enggak keluar rumah?” tanya Rere kepada satpam yang menjaga rumah Mimi.
“Hmm, Non Mimi..”
“Mimi kenapa, Pak?” kini Dodo yang bertanya.
“Non Mimi nitip ini sama Mbak sama Mas.” Satpam itu memberikan amplop kepada Dodo dan Rere.

Dear, Dodo and Rere
            Do, aku minta maaf kalo selama ini aku Cuma bisa buat kamu marah dan kesel sama aku.Maaf kalo sifatku enggak pernah berubah, aku janji kalo kita ketemu nanti, aku enggak akan buat kamu marah lagi. Aku seneng punya pacar kayak kamu, tapi aku lebih seneng kalo kamu jadian sama Rere. Kalian cocok =D
            Re, aku juga minta maaf banget sama kamu. Harusnya dari dulu aku tau, kalo kamu enggak pernah rela aku deket sama Dodo. Bodohnya aku, aku malah nerima dia tanpa mikir perasaanmu. Nah, sekarang saatnya kamu deket sama dia, Re. Pokoknya kalo kita ketemu nanti, kalian harus udah jadian, ok J
            O, iya. Maaf juga kalo aku pindah rumah enggak ngasih tau kalian. Susah buat ngucapin selamat tinggal sama kalian, sahabatku. Ntar malah aku enggak jadi pindah, hehehehe.
                                                                                                                                               Mia
             
           

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

SAYA DEAL DONE!

[CERPEN] Bagimu, Kita Hanyalah Dua Orang Asing

Sifat Penting yang Harus Dimiliki Pekerja: Gelas Kosong & Baby Eyes