Detoksifikasi

https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/564x/3d/78/b0/3d78b023a14716fdccf021a589263765.jpg
found this picture here
PERINGATAN! Postingan ini mengandung unsur menyedihkan di dalamnya. Berisi tentang hal-hal yang perlu diutarakan demi membuat dunia menjadi lebih baik. Dunia harus seimbang. Ada malam dan siang. Ada baik dan jahat. Ada cantik dan jelek. Ada couple dan jomblo. Ada kuat dan lemah. Ada senang dan sedih. Percayalah, nggak semua orang bisa senang terus, karena itu terkadang manusia juga harus sedih dan butuh tempat untuk melampiaskannya.  
Segala sesuatu yang memberikan efek negatif setelah membacanya lepas dari pertanggungjawaban penulis. Kecuali efek jadi pengin ngasih makan, ngasih duit, apalagi ngasih kasih sayang dan efek lainnya yang dapat menguntungkan penulis, itu nggak dihitung. Sekian dan terima kasih. Selamat membaca. 

Here we go...

Nggak ada masa penyembuhan yang nggak bikin sengsara. 

Dalam kasus yang kualami, bahkan aku terpaksa memutus apa saja yang berhubungan dengan sumber penyakitku itu.

Bisa dibilang aku kehilangan seperempat persen dari hidupku demi menyembuhkan diri.
Banyak hal yang harus kutinggalkan demi sembuh.... dari sakit hati.

Aku meninggalkan tempat yang untuk tiga tahun belakangan menjadi tempatku membuang penat. Tempatku bertemu dan berbagi cerita dari orang-orang yang berbeda latar belakang, pendidikan, dan geografi. Nggak pernah sekali pun aku bilang kalo aku nggak suka ada di tempat itu. Aku suka dan betah berlama-lama berada di sana. Bertemu, bercengkrama, bercanda dan memperhatikan tingkah-tingkah yang terkadang menimbulkan gelak tawa.

Di sana rasanya aku nggak cuman menemukan teman baru. Kenal dengan orang-orang itu membuat terasa menemukan keluarga baru.
Ada Bapak: satu, dua orang yang berpikiran dewasa dan selalu berpikiran dingin dalam mengatasi setiap permasalahan.
Ada Ibu: orang yang selalu mengingatkan aku tentang suatu hal yang harus kulakukan. Atau biasanya dia orang yang mengirim pesan: "nanti malam jangan lupa ada rapat.", "hari ini latihan, ya.", "yang di sekre, jangan lupa tolong bawakan presensi, ya."
Ah, aku bahkan baru menyadari itu sudah terjadi lama sekali dan sekarang benar-benar hilang dari hidupku.
Ada kakak: yang kadang-kadang ngeselin. tapi sekaligus sebagai tempat curhat yang bersedia mendengarkan apa aja keluhan-keluhan kita.
Ada adik: yang terkadang dibully, mudah ngambek dan kadang butuh dipeluk dulu biar bisa tenang.

Aku sengaja memutus kontak dengan mereka. Keluar dari grup chat. Tidak pernah latihan. Tidak pernah menghadiri satu pun acara yang diselengarakan. Otomatis memburam sudah ingatan mereka tentangku.

Tapi aku enggak. Aku nggak suka melupakan. Aku juga nggak suka dilupakan, tetapi aku layak mendapatkannya. Di sini, seringnya rindu dan bertanya-tanya, kapan ya hatiku bisa sembuh? Kapan ya aku bisa bergabung dan berbaur lagi bersama mereka tanpa ada perasaan mengganjal?

Demi menyelamatkan hatiku yang dibikin hancur-lebur oleh satu orang. Aku terpaksa menarik dan manjauhkan diri dari semuanya. Bahkan dari hal kecil yang mengingatkanku pada tempat itu, contohnya olahraga.

Aku gadis yang menyukai kegiatan olahraga dan (dulunya) sangat mempedulikan berita-berita yang berkaitan dengan olahraga. Baik tentang piala AFF sampai berita mengenai mentri olahraga pun kusimak. Sekarang ini sedang ramai-ramainya PON, dan aku tidak menggubris beritanya sama sekali. Aku sudah tidak peduli dan tidak ingin peduli.

Parah. Memang parah sekali.

Bukan itu saja, sih. Ada hal lain yang mengharuskan diriku untuk nggak di sana lagi dan juga ada hal lain yang membuatku mengasingkan diri menjadi gadis yang tidak bisa dideteksi keberadaannya. Seperti kegagalan-pfft aku benci menuliskannya, yang harus kuhadapi lagi dengan tekanan yang lebih besar. Hal-hal lain seperti kehidupan sekarang yang melenceng jauh dari yang kurencanakan. Buruknya, aku belum memiliki rencana cadangan untuk menghadapinya.

Sejauh ini aku masih belum dalam tahap depresi, dan bisa aku pastikan hal itu nggak bakal terjadi padaku. Karena itu, untuk menghindari depresi, frustrasi dan perasaan negatif lainnya, aku memilih untuk menulis.

Pelarian yang bagus dan aman, kan?

Aku nggak tahu masa kayak gini bakal mengubah diriku menjadi apa. Aku nggak tahu pasti kapan bisa sembuh. Sembuh di sini maksudnya menjadi diriku, seorang gadis yang kusukai dan disukai orang lain. Harus kukatakan ini sesuatu yang paling berat, menyedihkan, menyebalkan, dan menganggu sepanjang hidupku. Butuh waktu lama menghilangkan penyakit macam ini. Lama sekali.

Okey, cukup sampai sini bersedihnya. Terima kasih sudah membaca, semoga curhatanku ini tidak merusak otakmu, ya! ^^

- ZAS


Comments

  1. "Demi menyelamatkan hatiku yang dibikin hancur-lebur oleh satu orang. Aku terpaksa menarik dan manjauhkan diri dari semuanya."

    Aku pernah melakukannya dan baru sekarang aku menyesal.
    Eh jadi baper.

    Btw salam kenal.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SAYA DEAL DONE!

[CERPEN] Bagimu, Kita Hanyalah Dua Orang Asing

Sifat Penting yang Harus Dimiliki Pekerja: Gelas Kosong & Baby Eyes