Ketololan Awal Magang

:"
Penyesalan selalu datang terakhir. 

Emang. Kalo datang duluan namanya pilek, yang datang duluan sebelum demam menyerang.

Halah.

Jadi kemarin, tanggal 1 Maret 2016 adalah hari pertama aku magang di CV *piip*, perusahaan yang terletak di daerah pelosok dan miskin sinyal di Semarang. 

Menurut pengarahan Mas Conan, jam kantor adalah jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Karena kosku hanya berjarak 500 meter dari kantor, jam setengah 9 aku baru mandi dan jam 8.55 aku baru angkat kaki dari kos. Begitu pun, aku masih jadi orang yang pertama datang ke kantor—setelah Mas Conan. Mas Conan tempat tinggalnya di kantor, jadinya dia selalu jadi orang pertama yang hadir ke kantor.


Sepuluh menit awal belum ada orang kantor yang tiba, aku dan Mas Conan hanya ngobrol basa-basi. Namun setelah bahan obrolan basa-basi habis—entah emang telingaku yang salah, atau gimana, rasanya di telingaku mendengar suara jangkrik.

Krik. Krik. Krik. 

Saking kakunya suasana saat itu. 

Sampai akhirnya… “Kamu desain cover company profile kayak gini ya, pake adobe illustrator.”

Mas Conan menunjuk desain yang ia maksud di pinterest.

Jegler. 

Suara jangkrik digantikan sama suara petir.

Mati aku.

Setelah bengong beberapa saat disusul kedip-kedip nggak percaya sama apa yang aku lihat, aku cuma bisa ngangguk. 

Lima menit kemudian, aku berhadapan dengan halaman Adobe Illustrator, sesekali membuka Pinterest tanpa niat mengerjakan yang diminta oleh Mas Conan. Mengutak-atik AI tanpa pemahaman mendalam. Saat itu rasanya aku pengen nangis, menyesali keputusan masuk jurusan Advertising.

Setengah jam kemudian Mas Conan pergi, ada urusan pekerjaan. Tak lama dari itu, listrik mati. Tak lama dari listrik mati, Mas Heiji datang. Dia adalah salah satu pendiri CV. Dan ini pertama kalinya aku bertemu dengannya. Karena nggak ada kerjaan, dia mulai ngobrol denganku.

Mas Heiji : Tadi disuruh ngapain?
Aku : Tadi disuruh bikin cover company profile pake AI *aku jawab sambil menunjukkan muka melas ala kucing*
Mas Heji : Bisa?
Aku : *Aku diam bentar, terus senyum lebar sambil geleng-geleng* Nggak, mas… Indesign juga enggak… 
Mas Heiji : Photoshop?
Aku : Hehehehehe *Aku ketawa sambil cengengesan* Dikit, mas… *Padahal jawab “dikit” Cuma untuk menyelamatkan harga diri*
Mas Heiji : Terus kamu bisanya apa?
Aku : *Dalam hati: Bisa mencintai dia terus tanpa menyerah, mas...*
Eng… biasanya aku pakenya Corel, sih, mas… *masih cengengesan*
Mas Heiji : Di kampus nggak diajarin AI, ya? Kamu DKV, kan?
Aku : Enggak mas! Aku periklanan…  *aku membela diri, kan dosa besar kalo anak DKV nggak bisa pake AI*
Mas Heiji : Terus di periklanan diajarin apa aja? Maksudnya bedanya sama komunikasi apa?
Aku : *Mampus lu. Mampuuuusssss* *Dalam Hati: Anu mas, bisa hubungin saya lagi nanti? Saya mau bunuh diri dulu…* Kalo di periklanan belajarnya setengah-setengah. Pemasaran ada. Desain ada. Komunikasi ada. Blablabla.. *aku mulai nggak sadar sama apa yang kukatakan*
Mas Heiji : Kamu di desain interest-nya apa? 
Aku : Ha? *bengong, sambil menatap ke muka masnya berharap ada tulisan yang nunjukkin maksud omongan masnya*
Mas Heji (keliatannya mulai putus asa ngobrol sama anak magang yang otaknya cetek) : Iya, kan di desain itu ada yang seneng bikin ilustrasi atau seneng nge-layout… nah kamu senengnya apa? 
Aku : *Dalam Hati: Aku senengnya dia, mas…* *Aku cengengesan* Eng… Ilustrasi gitu sih mas.. *aku jawab asal biar ga keliatan bego, padahal kalo ada pilihan nyemplung sumur, aku lebih milih itu*
Mas Heiji (kayaknya dia sadar aku nggak suka desain) : Terus kamu maunya belajar apa dong di sini?
Aku : Aku sih, pengennya copy, mas… 
Mas Heiji : Copy? Yaudah kamu copy aja, soalnya desain itu nggak Cuma desain aja. Harus ada ilmunya.  Karena blablablabla…. Apa yang dipikir sama desainer sama klien kan beda, soalnya blablabla… karena itu, butuh blablablabla…
Aku : *aku bengong, omongan masnya cuma bisa kucerna sampai kalimat kelima, setelah itu semuanya buyar*  
Mas Heiji : Di kampus diajarin copy nggak?
Aku : *diam sejenak, berusaha nggak bengong, sambil geleng2 sedih* Enggak mas…
Mas Heiji : Susah juga ya, solanya ilmu copy itu relatif blablabla….
Aku : *bicaralah sesuka hatimu mas, aku udah nggak bisa fokus* T.T 

Selama Mas Heiji ngomong, aku Cuma bisa menanggapi dengan “oh”, “iya”, “he’em”. Jangankan paham. Masuk telinga kiri keluar telinga kanan aja udah untung… Omongan Mas Heiji  lebih terdengar kayak nyanyian nina-bobo di telingaku. 
Setelah obrolan itu, sepertinya Mas Heiji menyerah padaku. Sedangkan aku nggak henti-hentinya mengutuk diri sendiri. Kenapa bisa sebego ini di depan owner--cengengesan dan keliahatan nggak bisa apa-apa. 

Siregar oon
Siregar bego
Siregar pekok

Huft.

Comments

Popular posts from this blog

SAYA DEAL DONE!

[CERPEN] Bagimu, Kita Hanyalah Dua Orang Asing

Sifat Penting yang Harus Dimiliki Pekerja: Gelas Kosong & Baby Eyes