Ini Yang Kurasa Padamu, #L

Bagaimana bisa kamu menjadi orang yang benar benar ingin kubenci? Sementara, dulu begitu dalam aku menjatuhkan hati. 

Hatiku menolak pergi, tetapi kenyataan terlalu menyakiti. 


Kamu lelah dengan segala yang kita perjuangkan bersama. Kamu memintaku berlapang dada, memintaku melepaskan begitu saja. Apakah kamu tidak pernah merenungkan walau sejenak saja, betapa luka pedih mengiris dada, melihat orang yang paling dicinta meminta lepas demi seseorang yang ia cinta? Kita tidak menjalani ini sehari dua hari, terlalu lama kebersamaan ini membuat aku tidak tahu lagi jalan kembali.

Meski tidak ingin memintamu kembali, tapi lukanya tetap saja tak sepenuhnya pergi. Menyiksa malam-malamku, menyesakkan dalam diamku. Kenangan selalu pulang dengan hal-hal yang kamu buang. Dengan hal-hal yang dulu sepenuh hati kita impikan dalam hal berjuang. Apa kamu bahagia dengan segala luka yang kini kurasa? 

Apa kamu tidak merasa betapa dalamnya aku tenggelam dalam hal-hal yang terlalu pahit rasanya kenyataan ini?

Menjadi kamu mungkin menyenangkan, setelah dicintai bisa semudahnya membuang. Setelah disayangi lantas kamu merasa berhak menyakiti. Sementara aku tertatih untuk berdiri kembali. Andai mudah membencimu, aku sudah melakukannya semenjak kamu memilih berlalu. Namun, perasaan tak pernah sepenuhnya bisa dikendalikan. Aku masih mencarimu dalam doa-doa, meski tidak sesering dulu sewaktu awal terluka. 

Lelah rasanya begini, mengharapkanmu yang tak pernah peduli. Menggenggam hati seseorang yang tak lagi bersedia dimiliki.

Semoga waktu benar-benar obat dari segala pilu. 

Tak banyak lagi yang kuharapkan darimu. Meski sejujurnya tak semudah itu membiarkanmu semakin jauh dari masa lalu. Namun, aku paham, aku bukan lagi orang yang kamu inginkan. Sekuat apa pun aku menjaga doa-doa untuk bersama, tidak akan berguna bila kamu tidak juga bersedia. 

Menjadi kamu mungkin tak akan pernah mengerti rasanya mencintai seseorang, pada saat yang sama perasaan itu terus saja menyakitimu tanpa pernah bisa kamu buang. 

Jagalah dia baik-baik, semoga luka hatimu tidak pernah berbalik. Jagalah dia yang akan kamu pilih sebagai cinta kelak, semoga dia tidak menjadi seperti kamu, yang memilih pergi dan membekaskan luka.


—boycandra, dalam buku "Senja, Hujan, dan Cerita yang Telah Usai".

Comments

Popular posts from this blog

SAYA DEAL DONE!

[CERPEN] Bagimu, Kita Hanyalah Dua Orang Asing

Sifat Penting yang Harus Dimiliki Pekerja: Gelas Kosong & Baby Eyes