[CERPEN] Sosok Terkuat di Dunia

Selama ini, kita percaya bahwa cinta adalah hal terkuat di dunia. Apa pun bisa dikalahkannya.
Omong kosong.
Cinta adalah penipuan terbesar yang diciptakan oleh umat manusia.

Vebrian Ghani Dewantara. Pemuda eksotis yang diam-diam menjadi pujaan semua gadis di kelasku. Percaya atau tidak, di dunia nyata, pemuda sempurna yang diidam-idamkan banyak gadis seperti pada kebanyakan serial drama atau sinetron itu memang ada. Vebrian adalah sesempurna-sempurnanya ciptaan Tuhan yang berjenis kelamin laki-laki. Dia tampan. Dia cerdas. Dia berkharisma. Dia juga kaya. Bisa dipastikan, ia mampu melelehkan gadis-gadis hanya dengan senyumannya.
 
Kalau saja aku tidak dalam keadaan pasca putus cinta ketika pertama kali bertemu dengannya, mungkin saja aku juga akan ikut meleleh setiap kali ia tersenyum kepadaku. Tetapi berhubung aku sedang berada di fase ‘memandang semua pemuda itu sama saja, sama-sama akan menyakiti hatiku’, jadi aku tidak begitu peduli dengan kehadiran Vebrian. Hingga suatu hari, di mata pelajaran kosong, ia mengajakku mengobrol.    
 

“Kamu mantannya Rio, ya?”

Aku mengerutkan kening. “Kamu kenal Rio?”

Dia mengangguk, “Iya, dia satu klub sepak bola samaku,”

“Oh.” Sahutku singkat, tak berminat untuk melanjutkan pembicaraan, apa lagi pembicaraan tentang Rio.

Rio, orang yang memilih gadis lain dan memutuskan hubunganku dengannya. Aku kira, rasa cintaku yang besar kepada Rio cukup membuatnya nyaman dan betah berada di sampingku, namun ternyata aku salah. Dia lebih memilih gadis yang baru dikenalnya satu minggu daripada aku yang lebih bisa jamin mengetahui dirinya luar-dalam. Rio membuatku sakit hati. Rio membuatku takut jatuh cinta dan disakiti lagi.
 
“Eh iya, besok ikut, kan?” Vebrian membuyarkan ingatanku tentang Rio.

“Besok? Ke mana?”

“Kan anak-anak sekelas punya rencana mau nonton bareng, masa lupa?”

“Oh, itu. Iya, ikut kok.”

Vebrian tersenyum, kemudian bersiap-siap pergi dari hadapanku. Namun sebelum pergi, ia menepuk-nepuk pundakku. “Rio-nya nggak usah dipikirin, dia emang orangnya kayak begitu. Kamu pasti dapet yang lebih baik dari dia, kok. Aku contohnya, hehehe.”

Aku hanya membalas perkataan Vebrian dengan tatapan datar. Mengumpat dalam hati, entah untuk alasan apa. Namun entah untuk alasan apa pula, seharian itu aku tak bisa melepas pandanganku dari Vebrian.

Besoknya, aku dan teman sekelasku nonton di salah satu bioskop di kotaku. Sepertinya, aku merasa sejak kami berangkat berbarengan dari sekolah, Vebrian terus mendekatiku. Oh, mungkin saja aku ge’er. Dan ge’er biasanya berawal dari ketertarikan, jadi intinya aku mulai tertarik dengannya? Oh, NO! Ini tidak boleh terjadi, semua pemuda sama brengsek-nya. Catat itu!

Saat menonton, Vebrian duduk di sebelahku. Film baru diputar kira-kira sepuluh menit, tiba-tiba Vebrian menyandarkan kepalanya di pundakku. Seketika konsentrasiku buyar, aku menolehkan kepalaku agar aku bisa melihat Vebrian. Di pundakku, Vebrian sedang tertidur. Begitu damai wajah tidurnya, membuatku ikut merasa damai, dan tanpa sadar tanganku mengelus-elus rambutnya.

Sejak itu, aku dan Vebrian menjadi dekat. Dia tak pernah mengklarifikasi tentang perlakuannya waktu kami menonton itu. Tapi aku merasa, baik aku maupun Vebrian tahu kalau kami sama-sama ingin bersama. Aku selalu senang ada di dekatnya. Kupu-kupu di dalam perutku yang sempat dimatikan oleh Rio, perlahan diterbangkan kembali oleh Vebrian.

Kabar kedekatanku dengan Vebrian menyebar cepat, banyak yang bercanda dengan berkata iri kepadaku. Namun tak sedikit pula yang memperingatkanku, orang-orang yang memperingatkanku mengaku bahwa mereka pernah dekat dengan Vebrian, tapi Vebrian tak pernah memperjelas status kedekatan mereka. Mereka juga bercerita, biasanya Vebrian perlahan akan menghilang dan ketika ditemukan, Vebrian tengah dekat dengan gadis lainnya.

Sejujurnya aku takut hal tersebut terjadi padaku, tapi aku tidak mau begitu saja melepas Vebrian. Entah apa yang membuatku yakin bahwa aku bisa mengubah Vebrian. Aku pun memutuskan untuk ‘tutup telinga’ terhadap cerita negatif dari mantan-mantan gebetan Vebrian tersebut,

Aku sudah terlanjur sayang padanya, dan aku akan memperjuangkannya, pikirku.

Sebulan berlalu, semuanya berjalan baik. Aku masih merasa bahwa Vebrian memang ingin bersamaku, walau ia tak pernah menyatakan perasannya secara langsung. Namun aku memiliki feeling baik untuk hubunganku dengan Vebrian.

Tetapi ternyata aku salah, dua hari tanpa kabar, aku melihat Vebrian menggandeng gadis lain. Vebrian bahkan tak pernah menggandeng tanganku. Vebrian terlihat begitu bahagia, aku yakin wajahnya tidak sebahagia itu ketika ia bersamaku.

Aku mencari tahu tentang gadis yang bersama Vebrian itu. Ternyata gadis itu adalah kekasih Vebrian, pantas saja Vebrian tak pernah memperjelas status orang yang dekat bersamanya., ya karena memang dia sudah memiliki gadis idamannya sendiri.

Kamu brengsek, Vebrian…
Kamu brengsek, Vebrian…

Entah sudah keberapa kalinya kuumpat nama Vebrian, namun sakit hatiku tak kunjung sembuh. Rasa sesak terus memenuhi dadaku, bahkan aku tak mampu menahan air mata. Air mataku terus saja keluar mengingat semua hal yang sudah dilakukan Vebrian sehingga membuatku percaya lagi kepada cinta yang akan berakhir bahagia.

Namun kenyatannya, aku tak pernah mendapat akhir bahagia itu. Bahkan sesuatu yang terkuat di dunia itu membuatku takut untuk hidup bersamanya. Aku takut kepada cinta. Aku takut dikecewakan oleh cinta.


Hai, Cinta! Inikah sosokmu sesungguhnya?



keterangan: #KalimatPertama hingga ketiga diambil dari novel 'Here, After' karya Mahir Pradana

Comments

  1. curcolnya apik :3 #eh
    tapi serius, ini bagus ._. agak kecepetan aja, tapi cerpen sih .____. oya, ceweknya namanya siapa? :o

    ReplyDelete
    Replies
    1. eheheh makasih Eciks :3 ceweknya namanya Zulaikha Amalia Siregar aja, boleh?

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SAYA DEAL DONE!

[CERPEN] Bagimu, Kita Hanyalah Dua Orang Asing

Sifat Penting yang Harus Dimiliki Pekerja: Gelas Kosong & Baby Eyes